Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika SBY-AHY Tidak Turut Serta dalam "Bulan Madu"-nya Prabowo-Sandi

21 November 2018   07:35 Diperbarui: 23 November 2018   01:36 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber. Tribun Manado.co.id

Alangkah kurang bijaksananya Prabowo-Sandi jika hanya mengandalkan Gerindra sebagai mesin politik utama. Dalam koalisi sejatinya semua punya porsi dan posisi yang sama. Namun agaknya Prabowo-Sandi terlena dengan kedekatan yang melingkupi hingga ada anggota koalisi yang mulai tercecer.

Pasca mundur teraturnya PKS dari gegap gempita suksesi Prabowo Sandi, kini giliran Demokrat yang langsung melalui tokoh sentral dalam hal ini SBY yang memberi sinyal kekecewaan. Ya, sejauh ini Gerindra-PAN seakan mendominasi langgam suksesi. Sementara PKS dan Demokrat kurang mendapatkan tempat.

Entah janji apa lagi yang tidak bisa Prabowo penuhi hingga sosok SBY merasa kecewa untuk yang kesekian kali. Sebagai politikus dan negarawan yang telah merasakan asam garam, SBY tentu memiliki alasan yang cukup kuat untuk kecewa kepada kandidat Presiden yang dari awal tampak ragu untuk mereka usung.  Keraguan ini punya perhitungan tersendiri di benak SBY yang telah menyelesaikan jenjang militer hingga mampu meraih posisi Presiden melalui partai besutannya dalam waktu singkat.

Berbeda halnya dengan Prabowo yang secara jenjang militer memang bermasalah. hingga kekalahan demi kekalahan politik dalam upaya kemunculannya sebagai sosok pemimpin dinilai gagal pada pertarungan pilpres sebelumnya.

SBY tidaklah sendiri. Ada AHY yang tengah digadang sebagai pemimpin masa depan. Jika SBY harus memilih, melatih kepemimpinan Prabowo atau AHY. Jelas jelas AHY lah yang akan diberi treatment khusus oleh SBY dalam hal kepemimpinan beserta strategi perebutannya. Jika pun SBY harus all out menjadikan Prabowo sebagai presiden Indonesia 2019, tentu harus ada komitmen yang jelas dari Prabowo terharap AHY sebagai generasi penerus.

Nah masalahnya, dalam koalisi sendiri Prabowo terkesan berat sebelah. Jangankan memberi porsi lebih untuk AHY , SBY pun seolah kurang begitu di "uwongke". Prabowo asyik dengan skenario-skenario politik jangka pendek. Bermain dalam percikan-percikan sumbu pendek seputar hoax, konter issue hasil pemerintahan Jokowi dan hal-hal yang kurang subtanstif lainnya.

Ini tentu membuat hati dan pikiran SBY selaku tokoh yang berpengalaman memenangkan pertarungan pilpres selama dua tahun berturut-turut berdesisir lirih. Hingga ungkapan-ungkapan kekecewaan pun akhirnya keluar dalam rangka memberi peringatan pada Prabowo.

Andai Prabowo mau belajar dari kemenangan SBY pada pilpres sebelumnya, tentu koalisi ini lebih komplit kesannya. Antara yang sudah berpengalaman menang, dan yang pernah berpengalaman gagal. Meski ada pepatah mengatakan, belajarlah dari kegagalan, namun untuk koalisi Prabowo-Sandi Sandi tak ada salahnya berguru pada kemenangan Demokrat yang kala itu berhasil mengantarkan SBY menjadi Presiden RI.

Andai Prabowo mau berbesar hati memberi porsi lebih untuk Demokrat dan para tokohnya, maka keseimbangan itu akan terbentuk. Ibarat dua sisi mata uang, Gerindra menjadi sisi dimana Prabowo bisa belajar dari kekalahannya di masa lampau. Sementara pada Demokrat , dalam hal ini SBY, Prabowo bisa belajar tentang sebuah jalan menuju kemenangan.

Kiranya demikian,

Sekian dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun