Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kualat pada Pengging dan Peradaban Leluhur Pemilik Tampang Boyolali

7 November 2018   02:53 Diperbarui: 7 November 2018   14:02 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari silsilah Ki Ageng Pengging itulah kemudian lahir sosok Mas Kerebet yang ketika dewasa dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir. Pada Fase sejarah berikutnya, Jaka Tingkir menjadi pemilik takhta atas  kerajaan Pajang dengan gelar sultan Hadiwijaya seiring meredupnya Demak Bintara. Babak sejarah pun bergulir dengan menorehkan nama-nama yang berkuasa atas sebuah entitas kerajaan. Tersebutlah nama seperti Raden Benawa hingga Sutawijaya atau yang lebih dikenal dengan panembahan Senopati.Ketika Pajang tidak lagi berumur panjang, muncullah Mataram dengan segala keutuhan bentuk kekuasaan. Pada masa Mataram Islam itulah muncul silsilah raja-raja Jawa yang ada masih memiliki garis keturunan dengan Jaka Tingkir dan erat terkait dengan Pengging.

Rentetan sejarah telah membuka tabir tampang Boyolali yang tidak dapat dipisahkan dari bumi Mataram. Jejak leluhur mataram hingga kini masih dapat dikunjungi di Pedukuhan Tirtomarto, Desa Dukuh Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Lokasinya mudah dijangkau. Berada di ruas  jalan nasional yang menghubungkan Kartasura (Solo bagian Barat) dengan Semarang.  Hanya berkisar 30-45 menit dari pusat kota Surakarta jika ditembuh dengan kendaraan pribadi.

Tampang Boyolali, Tak sekedar membuat Kualat namun justru mendatangkan berjuta manfaat

Umbul Pengging (sumber : Deskgram)
Umbul Pengging (sumber : Deskgram)
Adalah umbul Pengging, merupakan komplek pemandian peninggalan kasunanan Surakarta pada Masa Paku Buwono X.  Tak hanya menjadi tujuan rekreasi sejarah,  Umbul pengging dengan 3 kolam "bertuah"nya kerap menjadi sarana spritual dengan laku Kungkum (berendam). Tak jauh dari umbul pengging terdapat makam R Yosodipuro, Pujangga kerajaan. Yosodipuro ini pula yang kemudian menurunkan telenta pujangganya pada cicitnya yang dikenal sebagai pujangga sastra jawa Ranggawarsita. Bahkan makam Penggih sepuh pun terdapat di wilayah Boyolali tepatnya di dusun Malangan kelurahan Dukuh masih di Kecamatan Banyudono.

Menelusuri sejarah panjang silsilah raja-raja Jawa,lagi-lagi  membuat kian prihatin dengan ungkapan tampang Boyolali yang keluar dari mulut kandidat pemimpin negeri ini. Untuk menjadi seeoarng pemimpin, banyak syarat dan proses menempa diri yang harus dijalani. Dari sekian syarat, mungkin sudah bisa dipenuhi. Namun ada proses yang kiranya masih harus dilalaui.

Mengacu pada kearifan lokal dan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat Mataram, ada beberapa proses yang kiranya bisa dijalani oleh Prabowo sebagai tawaran solusi atas kurangnya kendali diri. Ya, pak Prabowo tampaknya harus meluangkan waktu untuk menja;lani tapa bisu. Atau biasanay lingkungan seminari menyebutnya dengan istilah silentium. Hanya butuh waktu 30-60 menit berlatih diam, tidak berbicara apapun. sembari melakukan introspeksi diri mungkin bisa membantu pak Prabowo agar tidak kelepasan omong lagi.

Mantapnya sih jika Pak Prabowo bisa melakukan tapa bisu mengelilingi benteng  keraton, entah itu di  Jogjakarta  atau Surakarta. Sayangnya tapa bisu dihelat tiap malam 1 suro. Sangat disayangkan, jika harus menunggu 1 Suro tahun depan, itu artinya pak Prabowo harus legowo untuk masih berada di kawah candra dimuka sebelum dinyatakan lolos melewati proses menjadi seorang pemimpin. Tapi berhubung pak Prabowo sudah kelepasan ucap tampang Boyolali, apa iya prosesi yang identik dengan kearifan lokal masayarakat mataram ini akan memberi dampak positif kedapannya?

Atau masih mau mencoba cara lain? Kungkum ( berendam ) misalnya. Tentu saja berendamnya bukan di bath up hotel-hotel berbintang itu. Melainkan berendam ala masyarakat Jawa. Nah, umbul pengging ini salah satu tempat yang bisa digunakan untuk kungkum. Sebagaian warga bahkan masih melestarian prosesi kungkum pada hari-hari tertentu. Kira-kira Prabowo berani tidak ya, mendatangi pengging untuk sebuah proses stabilisasi diri.Konon, dengan kungkum selama 30-60 menit dengan niat mensucikan diri , air menjadi sarana yang membantu untuk proses keseimbangan diri. hal ini tentu saja akan berdampak pada lebih terkontrolnya kata-kata yang keluar.

Kira-kira apa Prabowo berani kembali ke Boyolali demi mendapatkan manfaat dari kungkum di Pengging?. Semoga tampang Boyolali yang diucap tidak menjadikannya sebuah kualat terhadap leluhur para raja-raja Jawa,  meski Prabowo sudah meminta maaf.

salam damai penuh Kasih,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun