Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cita-cita Masyarakat Madani dan Nasib PKS Kini

6 November 2018   04:03 Diperbarui: 6 November 2018   09:48 2444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terhenyak saya membaca timeline social media teman lama yang aktif di Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Tuan Polan, Sebut saja demikian.  Meski dikalangan internal mereka, teman saya si tuan polan ini kerap kali disapa dengan panggilan Ustadz. Tidak terasa hampir 5 tahun kami berteman. Bermula dari proses pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang dihelat selama sepekan oleh sebuah lembaga negara saat akan memasuki tahun politik 2014 lalu.

Sebagai seorang kader partai Islam Progresif, Tuan polan yang berusia cukup matang (10 tahun diatas saya), termasuk pribadi yang supel.Hingga stigma bahwa kader PKS itu mengedepankan pemikiran-pemikiran Islam ekstrem pun terbantahkan. Dalam pergaulan selama kegiatan berlangsung, tuan polan akrab hampir dengan semua peserta yang berasal dari berbagai latar belakang partai yang berbeda. Maklum, saat itu peserta adalah para caleg DPR RI pada pileg 2014. Semua aktifitas kelompok hingga diskusi ringan yang dilakukan non formal menunjukkan bahwa kader-kader PKS yang hadir kala itu membaur dengan berbagai kalangan. Hingga Tuan polanpun sempat ditunjuk sebagai ketua kelompok. 

Ya, Tuan polan tentu belumlah menjadi tokoh yang kerap muncul di media yang mengatasnamakan PKS. Tapi setidaknya tuan polan adalah kader PKS yang cukup loyal.Hal itu terbukti d namanya masih muncul dalam daftar calon tetap Caleg DPR RI di salah satu daerah pemilihan yang berasaldari propinsi paling barat di Pulau Jawa pada pileg 2019 nanti. Demikian pula dengan nyonya polan yang sama-sama aktif sebagai Kader PKS. Jadilah mereka dua sejoli yang sama-sama berjuang memperebutkan kursi DPR RI untuk PKS dalam kondisi yang sarat konflik.

 Dari timeline tuan polan pulalah, saya mengikuti perkembangan konflik internal yang tengah melanda. Agaknya tuan polan termasuk pribadi yang ekstrovert, tidak berbeda jauh dengan diri saya.Ungkapan-ungkapan ekspresif terkait kondisi partai kerap muncul meski sebatas analogi. Terkadang saya ikut memberi komentar, diantara sekian komentar dari sesama kawan internal PKS si tuan polan. Termasuk saat saya meminta waktu agar bisa berdiskusi tentang kondisi PKS kini. Hal itu Bukan tanpa sebab. Jauh sebelum saya mengenal hiruk pikuknya politik sekarang ini,di tahun 1999 itu pulalah Kali pertama saya menyimak pemaparan  Visi Misi Partai politik yang menghadirkan PKS sebagai partai baru melalui layar Televisi.

Tak cukup hanya sebatas mengulik informasi dari situan polan, saya pun mencoba menyapa teman SMA. Tahun 2014 lalu namanya tercatat sebagai Caleg PKS. Namun sayang, teman SMA saya merupakan sosok pribadi introvert. Tidak banyak hal yang bisa saya gali dari sapaan singkat melalui chat whasshap. Namun dari jawaban yang diberikan, saya mencoba menarik hipotesa bahwa kini dia sudah kurang aktif di PKS. 

"pilih Jalur Professional" demikian kalimat yang dia tuliskan mana kala saya bertanya terkait pencalegan dirinya di pileg 2019 mendatang. Mungkinkah ketidakaktifan rekan saya ini disebabkan oleh konflik internal PKS saat momentum pilkada beberapa waktu lalu?. Santer tersiar di beberapa media adanya penggantian posisi ketua dalam struktur organisasi PKS di beberapa wilayah dilakukan secara sepihak oleh DPP PKS. Dan ini menjadi satu dari sekian banyak potensi konflik yang memiliki multi player efek bagi tumbuh kembang PKS menjelang pilpres 2019.

dokumen SK pergantian struktur organisasi PKS di beberapa wilayah Sumber liputan6.com
dokumen SK pergantian struktur organisasi PKS di beberapa wilayah Sumber liputan6.com
Masyarakat Madani Vs Garbi

 "Masyarakat Madani", Kata yang paling melekat dalam ingatan hingga kini terkait dengan  PKS yang pada awalnya bernama PK (Partai Keadilan). Lantas sekarang kemana konsepsi masyarakat madani yang dicita-citakan ? masih adakah kini?. Saya pun melakukan penelusuran. Mengulik foto-foto social media si tuan polan tidak untuk tujuan yang merugikan adalah hal pertama disusul kemudian membuka website Partai berlambang dua bulan sabit yang mengapit untaian 17 bulur padi ditengahnya. Bulir padi ditengah inilah yang menjadi pembeda dari lambang partai keadilan dalam proses kesejarahannya. Makna kesejahteraan bagi PKS tentu peruntukannya  bukan sebatas bagi kader internal mereka saja, melainkan ditujukan bagi seluruh masyarakat Indonesia melaui konsepsi madani seperti yang mereka cita-citakan. Meski dalam bingkai universal kebhinekaan, belum semua paham dan bisa menerima konsepsi masyarakat madani begitu saja.

sumber : dok Tuan Polan
sumber : dok Tuan Polan
Berselancar diwebsite partai bernomor urut 8 ini pun sempat saya lalukan untuk memastikan dimana letak masyarakat madani itu PKS tempatkan. dua kata yang menjadi kalimat sakti itu masih tetap ada dan jelas tertuang dalam AR/ART PKS. Dalam Bab II pasal 6 Anggaran Dasar tentang visi dan Misi disebutkan  : 

Misi Partai adalah Menjadikan partai sebagai sarana perwujudan masyarakat madani yang adil, sejahtera,dan  bermartabat yang diridlai Allah SWT, dalam keutuhan NKRI.

Berulang kali saya membaca kalimat diatas yang memiliki ruh kebangsaan sebegitu kuat dengan menyebut NKRI. Tapi kini, apa yang terjadi?konsepsi masayarakat madani mati suri. Diganti oleh konflik yang menggambarkan adanya  tirani.Politisi PKS kerap muncul dalam seringai lawan pemerintahan. Sungguh jauh dari kesan Tabayyun.Hingga konflik berkepanjangan berakibat pada pengunduran diri fungsionaris partai di beberapa daerah, termasuk caleg yang namanya sudah masuk dalam daftar calon tetap dari PKS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun