Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cemburu] Saat Acun Menutup Mata

4 November 2018   23:36 Diperbarui: 5 November 2018   00:02 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : catlovers.id

Ringkih tubuh kecil itu membuat ia tampak tak sehat. Beruntung, langkah kecil yang ditempuhnya telah mengantarkannya pada rumah sederhana yang sarat akan kehangatan. Ini sungguh berbeda dari kondisi sebelumnya.

Entah kenapa, ia merasa selalu ada hal yang tidak pas. Seperti saat sakit yang diderita membuat ia harus berganti nama. Ya, konon, nama adalah sebuah doa dan harap yang tersemat.

Warsun,namanya kala itu kependekan dari Waras Ingsung. Waras alias sehat...dan Ingsun adalah Aku. Aku sehat..aku menjadi sehat. Tapi entah kenapa, nama Warsun seperti asing ditelinga. Hingga nama sarat makna dan pengharapan itu pun dimodifikasi sedemikian rupa.

"Acunnnnn....Acunn..."suara perempuan itu memanggil berulang kali. Hanya jawab lirih dari si pemilik nama sembari mendekat perlahan.

"Ayo kita ke dokter" bergegas perempuan itu memaksa Acun tanpa sempat melakukan penolakan

Acun harus sehat..Acun gak boleh bandel dan bla...bla..bla..sepanjang jalan telinga Acun mendengar perempuan yang kini merawatnya mengeluarkan sedemikian banyak kalimat beruntun. Semacam motivasi namun mengandung ungkapan-ungkapan pengharapan.

Dokter pun memeriksa tubuh Acun. Kecil lagi ringkah memang. Tulangnya menonjol. Dan sedikit erangan menjadi respon atas suntikan yang mendarat di kulitnya. 

Tak berlama-lama perempuan itu berada di tempat praktek dokter. Acun dibawanya kembali kerumah. Lagi-lagi Acun merasa ada sesuatu yang tidak membuatnya nyaman.

Ia tak sendiri di rumah itu. Ada penghuni lain yang jauh lebih dahulu. Mata Acun nanar. Melihat teman satu hunian berbeda kondisi. Tubuhnya berisi. Ia tampak begitu dekat dengan perempuan sang empunya rumah.

Beberapa kali tindakan dokter, tak membuat tubuh Acun membaik. Mungkin perempuan itu lelah dengan Acun, hingga dia lebih memperhatikan teman Acun.

Ah, dia lebih pantas diperhatikan. Dia sehat, tidak merepotkan, dan kerap diajak bergurau. Sementara Acun? Tubuhnya makin jelas memperlihatkan ketidaksehatannya. Lebih sering tergolek lemah. Begitulah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun