Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bakat Boros Tidak Serta Merta Saat Puasa Saja

28 Mei 2018   23:13 Diperbarui: 28 Mei 2018   23:28 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa puasa sudah memasuki pertengahan bulan. Ada yang tengah harap-harap cemas memperoleh uang tiban lebaran (sebut THR). Ada pula yang mulai menyisihkan anggaran untuk berbagi saat ramadan (zakat, sedekat dan sebagaimana lazimnya berbagi). Namun ada juga yang mengelus dada sembari garuk-garuk kepala karena ternyata simpanan uang lebaran terpakai untuk memenuhi kebutuhan selama puasa.

Konon puasa tidak hanya menahan lapar haus dahaga. Melainkan juga menahan segala nafsu yang menyertainya. Termasuk nafsu dalam berbelanja. Seberapa kuat puasa efektif menekan nafsu belanja sedemikian rupa?. Jika ternyata saya dan anda belum mampu melakukannya, jangan salahkan puasa. Sebab boros adalah bakat. Tak mengenal musim puasa tiba.

Boros adalah bakat. Demikian asumsi saya. Jika seseorang memang memiliki bakat boros, puasa tidak begitu mampu merubah tabiat menjadi hemat. Apalagi iming-iming diskon besar besaran dimulai saat tengah Ramadan hingga menjelang lebaran. Atau nikmatnya belanja di pasar tiban. Semua itu peluang yang mendorong bakat boros tersalurkan.

Saya pribadi termasuk orang yang memiliki bakat boros. Namun masih dalam tahap wajar. Itulah kenapa saya ingin menegaskan bahwa sejatinya bukan puasa yang membuat kita boros. Coba kita bandingkan, saat seseorang berpuasa rutin diluar bulan Ramadan. Salah satu motivasinya justru untuk berhemat. Dalam sehari biasa makan 3 x , maka dengan berpuasa hanya 1-2 x makan saja.

Lantas, kenapa harus merasa boros saat puasa Ramadan. Hanya karena cenderung  kita berlebih dalam belanja makanan? Minuman atau sekedar takjil?. Sudah benar-benar dihitung berdasarkan anggaran pengeluaran rutin hingga anggaran belanja bulanan? Atau hanya sekedar mereka-reka saja?.

Jangan karena puasa lantas menjadi alasan kita membeli makanan yang secara harga lebih mahal dari biasa. Atau membeli makanan dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelum puasa. Kalau saya sih merasa biasa -biasa saja. Sebab ada pos anggaran tak terduga selama puasa yang bisa digunakan untuk subsidi silang.

Bahkan bila perlu, buat budgeting istimewa selama puasa. Setahun sekali tidak ada salahnya membuat anggaran "membengkak" untuk 1 bulan dengan mengambil sisa surplus anggaran bulan-bulan sebelumnya. Selama kita pandai mengelola anggaran belanja rumah tangga, bakat boros selama puasa masih tergolong wajar-wajar saja.

Itu sih menurut saya. Menurut anda tentu berbeda. Dan itu sah-sah saja selama tidak menimbulkan dampak yang cukup signifikan bukan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun