Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia dalam Petak Monopoli Internasional (2)

22 Januari 2016   21:39 Diperbarui: 22 Januari 2016   21:58 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu, Laki-laki yang sejak 2 tahun 5 bulan ini menjadi suami saya memberi kabar. Dia ingin mengenalkan anak-anaknya kepada saya selaku tante yang kemudian akan menjadi sosok Ibu dikemudian hari bagi mereka. Ya, Tuhan memang memberikan saya paket jodoh yang sedemikian lengkapnya. Laki-laki yang berstatus duda dengan anak dua. Saya berada di Purwokerto waktu itu karena terikat dengan sebuah kerja pemberdayaan masyarakat pesisir di kawasan mangrove Nusa Kambangan Cilacap. Sementara laki-laki yang saat itu tengah melakukan pendekatan serius untuk bangunan rumahtangga pada kesempatan kedua berada di Surabaya.

Di Purwokerto pulalah, setelah sekian lama akhirnya monopoli kembali dimainkan. Siang itu selepas makan siang di sebuah kedai makanan, hujan mengguyur kota mendoan. Bermaksud menciptakan keakraban diantara anak-bapak dan perempuan yang akan menjadi bagian yang tak terpisah dari mereka, permainan monopoli pun menjadi perantara kehangatan diawal perkenalan kami. Semua larut dalam permainan. Tak ada sekat layaknya keluarga yang sempurna tanpa cela. 

Tak penting siapa yang menjadi pemenang dalam permainan monopoli waktu itu. Nyatanya awal yang indah berlanjut hingga sekarang. Siapa yang mengira dibalik permainan monopoli tersimpan cerita sedemikian rupa?

Masih punya waktu untuk mencoba?

 ======

(1) Seperti itu cara bermainya, tahu tidak/ tahu kan?

(2) Gantian saja ya, Empat dulu saja, yang lain jadi penjaga Bank

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun