Mohon tunggu...
Hutami Pudya
Hutami Pudya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Semoga bermanfaat" ^_^

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rindu Sinetron Mendidik

21 Mei 2014   05:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14005982311168563495

[caption id="attachment_307786" align="aligncenter" width="297" caption="Ilustrasi. Sumber gambar: Guineapigtoday.com"][/caption]

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis 10 sinetron dan FTV Indonesia tidak layak tonton. Menurut KPAI, tayangan tersebut kurang mendidik dan banyak mengandung kekerasan. Demikian yang dikatakan Agatha Lily, Komisioner KPAI, pada tayangan Fokus Selebriti, Selasa (20/5/2014).

Agatha menuturkan, KPAI akan memberikan peringatan keras terhadap sinetron maupun FTV yang masih menayangkan unsur kekerasan dan adegan kurang patut lainnya. “Indonesia sudah darurat kekerasan, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Tayangan sinetron, sangat mempengaruhi perilaku mereka,” ujar Agatha.

Kesepuluh sinetron dan FTV Indonesia yang tidak layak tonton diantaranya; Sinetron Ayah Mengapa Aku Berbeda (RCTI); Sinetron Pashmina Aisha (RCTI); Sinetron ABG Jadi Manten (SCTV); Sinetron Ganteng Ganteng Serigala (SCTV); Sinetron Diam Diam Suka (SCTV); Sinema Indonesia (ANTV); Sinema Akhir Pekan (ANTV); Sinema Pagi (Indosiar); Sinema Utama Keluarga (MNC TV); Bioskop Indonesia Premier (Trans TV).

Saat wartawan menanyakan salah satu pemain sinetron tersebut (saya lupa namanya karena pemain baru), ia berpendapat bahwa sinetron yang mereka mainkan hanya sebuah hiburan untuk masyarakat.

Hmm... Ya, saya setuju. Sinetron memang sebuah hiburan untuk masyarakat. Tetapi sinetron yang ditonton terus menerus memberikan dampak yang luar biasa. Tanpa sadar, sinetron yang terus ditonton, dapat menghipnotis dan mempengaruhi perilaku penontonnya. Apa lagi sinetron tersebut ditonton oleh anak-anak dan remaja yang belum begitu mampu menyaring mana yang boleh dan tidak boleh ditiru.

Hal ini terjadi pada siswa saya. Sebut saja dia Bunga. Usianya 12 tahun, duduk di kelas 6 SD. Di usia tersebut, Bunga berada dalam masa peralihan dari anak-anak ke remaja. Orang bilang, di usia tersebut adalah usia labil yang sangat mudah dipengaruhi, termasuk dipengaruhi oleh tayangan sinetron yang ia tonton.

Menurut pengakuannya, ia suka sekali menonton sinetron usai belajar. Salah satu sinetron favoritnya adalah Diam-diam Suka. Beberapa kali, saya juga pernah menonton sinetron tersebut. Salah satu tokoh sinetron tersebut, ada yang suka berbicara dengan nada tinggi kepada siapapun, bahkan teriak-teriak, termasuk kepada orang tuanya sendiri. Saya kaget ketika Bunga bicara kepada saya persis dengan tokoh tersebut. Menurut saya, tindakan tersebut kurang sopan. Apa lagi saat berbicara dengan orang yang lebih tua, yakni gurunya.

Lain lagi dengan Ari (nama disamarkan), mantan siswa saya waktu SD yang kini kelas 2 SMP. Meski tak lagi menjadi murid saya, Ari masih sering curhat kepada saya. Suatu ketika, ia berkeluh kesah kepada saya. Hal yang ia keluh kesahkan bukan soal pelajaran, tetapi gebetan. Ia tengah galau karena jatuh cinta kepada teman sekelasnya dan ingin mengutarakan perasaannya. Untung saja Ari masih mau cerita kepada saya, sehingga saya bisa mengarahkan apa yang harus ia lakukan. Saya mengarahkannya untuk tidak memusingkan masalah cinta karena belum waktunya. Masih banyak hal yang lebih penting, yang harus ia kerjakan, yakni mewujudkan cita-citanya. Apa yang Ari alami, sedikit banyak pasti dipengaruhi oleh tayangan sinetron dan FTV yang ia tonton.

Itu baru sebagian kecil. Mungkin, di luar sana, banyak anak dan remaja yang meniru perilaku tokoh di sinetron dan FTV yang kurang mendidik. Seperti membentuk gank, mem-bully temannya sendiri yang mereka anggap culun, dapat mengancam kepopulerannya, atau yang memiliki kekurangan fisik. Memendekkan rok dan mengecilkan seragam sekolah agar terlihat cantik dan seksi, seperti yang tampak di sinetron-sinetron Indonesia. Dan masih banyak lagi.

Saya yakin, di balik sinetron dan FTV Indonesia ada orang-orang hebat dan kreatif yang mengerti seni, yang mampu membuat tayangan sinetron dan FTV yang mendidik, tanpa menonjolkan adegan kekerasan, intimidasi sesama teman, percobaan pembunuhan, dan adegan tidak patut lainnya.

Saya rindu sinetron-sinetron berkualitas dan mendidik, seperti Dado, Keluarga Cemara, Si Doel Anak Sekolahan, Lorong Waktu, dan Para Pencari Tuhan. Ceritanya sederhana, namun dalam maknanya, dan memberikan hal-hal positif kepada penontonnya. @TamiPudya_

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun