Mohon tunggu...
Tamarasyaidahwarandy
Tamarasyaidahwarandy Mohon Tunggu... Desainer - Pelajar

Suka panda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi RA Kartini Gelap Menuju Cahaya

27 Februari 2020   17:50 Diperbarui: 27 Februari 2020   17:49 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah tidak asing rasanya apabila kita merayakan hari Kartini.

Ya, sosok perempuan yang sangat hebat ini memang sangat meng inspirasi banyak orang. Semua ramai-ramai memperingati hari nya dengan berbagai cara pula ada yang dengan cara memakai baju adat dll. R.A. Kartini tepatnya Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879.

Sosok nya memang patut untuk di apresiasi atas perjuangan emansipasi nya, beliau merupakan seseorang yang kritis terhadap situasi dan kondisi kaum perempuan yang dalam adat istiadat Jawa tentang memingit anak perempuan hingga menikah dan tidak memberikan hak kesempatan maju bagi para kaum perempuan, tidak bisa bebas bersekolah atau menuntut ilmu,harus bersedia dijodohkan dengan seseorang yang belum ia kenal dan ia menentang hal tersebut. 

Ia bercermin kepada bangsa barat terutama Belanda yang memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mencapai cita cita nya,  tidak seperti adat istiadat Jawa yang mengharuskan perempuan hanya menikah dan menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus keluarga. Meskipun pada saat itu rasanya sulit untuk memperjuangkan hak nya tapi ia tidak menyerah ia ingin tetap teguh memperjuangkan cita cita nya untuk kemajuan perempuan Indonesia.

Kemudian beliau menuliskan surat kepada sahabat pena nya di Belanda dan ia menggambarkan betapa berat nya penderitaan yang dialami oleh wanita indonesia. Ia pun dikenal dengan buku yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang merupakan kumpulan lebih dari 100 surat yang ditulis oleh beliau kepada sahabat pena nya. Sebenarnya versi asli nya ditulis dalam bahasa Belanda namun di terjemahkan oleh Armijn Pane yang diterbitkan tahun 1938.

Tentu saja itu membuat sosok Kartini dikagumi dan di segani oleh kaum perempuan karena sifat kritis nya dan beliau pun sangat peka terhadap apa yang terjadi pada lingkungan nya. Kita sebagai penerus bangsa harus meneladani dan meniru semangat dan perjuangan Kartini dalam berbagai aspek kehidupan dan tentu saja sikap tersebut harus selalu hadir bagi seluruh kaum perempuan di Indonesia untuk selalu memperjuangkan kodrat nya sebagai perempuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun