Ibu lupa mencatat hari, bulan, tanggal dan tahun.
tapi yang jelas katanya: Aku dilahirkan tepat saat
Abdurrahman berdiri mengenakan kaus oblong,
celana (kolor) dan melambai-lambaikan tangan
di beranda istana negara itu.
Kata ibu, waktu itu aku menangis sejadi-jadinya
sementara orang-orang di sekitarku tersenyum bahagia.
Ibu juga heran ketika melahirkanku,
katanya melahirkanku tidaklah repot
seperti ibu dilahirkan atau melahirkan yang lain
Sebelum jarum jam meleset dari angka dua belas,
ibu lekas memberiku nama, dengan nama Abdurrahman
agar namaku terselip dan abadi dalam sejarah.
Nama saya Abdurrahman
saya sekarang berumur enam belas tahun,
dan sesuatau telah memisahkanku darinya (ibu).
Menanyaka kabar adalah awal dari setiapkali ibu mengirim pesan
atau menghubungiku, meski kadang ibu juga sering membagi keluhnya padaku:
“Nak, ibu repot tanpamu”
(2017)