Mohon tunggu...
Tajudin Buano
Tajudin Buano Mohon Tunggu... -

Pojok Kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dari Maluku, Mereka Menebar Damai Untuk Indonesia

17 September 2015   19:37 Diperbarui: 18 September 2015   10:16 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Silakan anda menulis pesan damai diatas kertas ini. Lalu berdiri sejenak, kami akan memotret anda dengan menunjukan kertas yang anda bawa. Foto ini akan kami kirim ke Kupang,”sapa Mathelda Titihalawa (25), kala saya mengunjungi stand Non Violence Study Cycle (NVSC) di acara Maluku Fair 2015, 5 September 2015, malam.

 

Catatan: Tajudin Buano-Ambon

Usai menulis empat kata pesan damai, saya pun di foto. Setelah itu, kertas tersebut ditempelkan bersama lembar kertas lainnya yang telah diisi oleh pengunjung lainnya. Terlihat disebelah kanan stand, ratusan potongan kertas berisi pesan damai.

Foto-foto pengunjung sambil membawa kertas itu, akan dikirimkan untuk mahasiswa di Universitas  Nusa Cendana (Undana), Kupang, Nusa Tenggara Timur yang telah mengikuti program Generation Peace (Gen-Peace), salah satu program perdamaian dari NVSC.” 1000 foto pesan damai ini akan kami kirimkan ke Kupang,”katanya, sambil mengucapkan terima kasih.

Non Violence Study Cycle atau Lingkar Belajar Nir Kekerasan,  merupakan lembaga yang diinisiasi oleh  Inspiring Development (Indev). Ide ini difasilitasi pelaksanaannya oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM)Universitas Pattimura. NVSC diisi oleh mahasiswa dengan agama dan latar belakang berbeda. Mereka mengusung misi Sustaining Peace From Campus To Community (Melestarikan Perdamaian dari Kampus ke Komunitas).

 

 

Belum lama ini, Mathelda yang biasa disapa Kiki itu,  bersama Firdaus Arey (21) dan beberapa teman lainnya, mengunjungi Universitas Nusa Undana. Mereka datang untuk memberikan pelatihan. Kegiatan serupa juga telah dilakukan di Universitas Pattimura.

Di sana, Kiki dan teman-temannya menebar benih perdamaian dan menyiram api permusuhan. Mereka membuka pemahaman mahasiswa Undana mengenai konflik dan metode penyelesaiannya. Materi pokok di NVSC seperti Identitas Sosial, Manajemen Konflik dan Gaya Konflik, serta Konsep Lingkaran Penindasan sebagai cara solutif untuk menghilangkan prasangka negatif akibat perbedaan identitas, pun dibeberkan.”Semua peserta sangat antusias,”kenang dia.

Kekerasan antar kelompok mahasiswa di Undana, berbeda dengan di Unpatti beberapa tahun lalu. Di sana, pemicunya adalah perbedaan suku. Mereka tak mampu membuat perbedaan menjadi kekuatan bersama (collective power). Malah menjadi pemecah. Di Unpatti, lebih kepada perbedaan agama yang dibungkus dengan isu diskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun