Mohon tunggu...
taher heringuhir
taher heringuhir Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan di TV bursa efek Indonesia, IDX Channel. www.tahersaleh.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa Saja Buku-buku Pilihan Prof Sumitro Djojohadikusumo?

19 Juni 2017   15:25 Diperbarui: 23 Juni 2017   00:14 4694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Sumitro, source: profilbos.com

Sumitro pun membaca tulisan ekonom Marxist, Nikolai Dmitriyevich Kondratiev, dalam bahasa Jerman lalu dalam bahasa Inggris. Dampaknya terasa ketika tahun 1970-an ketika dia melakukan penelitian mengenai perspektif pertumbuhan jangka panjang Indonesia. Dari buku yang dia baca, timbul kesimpulan Sumitro bahwa daya dorong pertumbuhan jangka panjang suatu negeri adalah penduduk, teknologi, dan SDA, bukan perang atau revolusi.

Ada banyak nama ekonom yang tulisannya memengaruhi Sumitro, tapi secara umum yang cukup dominan adalah buku-buku tadi. Nama lain yakni Jan Tinbergen, ekonom Belanda penerima nobel ekonomi, ketika Sumitro berjumpa dengannya tahun 1938. Pada tahun itu, Tinbergen menjadi dosen muda Sekolah Ilmu Ekonomi Belanda. Ada pula Sir William Arthur Lewis, ekonom Saint Lucia, negara di Laut Karibia. Arthur Lewis bertemu dengan Sumitro tahun 1954. "Saya sangat terkesan oleh kecerdasannya."

Dari pemikiran para ekonom itulah, kepintaran ekonomi Sumitro terbentuk makin matang. Sumitro menjadi orang yang paling berperan membentuk ekonom-ekonom muda dari UI tahun 1966 yakni Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Sadli, Subroto, dan Emil Salim---dikenal dengan istilah Mafia Berkeley. Para ekonom muda inilah yang menentukan kebijakan ekonomi di era Orde Baru di bawah kekuasaan Presiden Suharto.

Sejarah mencatat, kelangsungan kebijakan ekonomi Orde Baru runtuh ketika kendali pemerintahan kian otoriter dan represif. Dampaknya menurunkan disiplin keuangan, memicu banyak transaksi pemerintah yang tidak tercantum dalam anggaran resmi sehingga perekonomian mulai goyang. Ditambah lagi, kuatnya pengaruh para profesional non-ekonom (Prof. Habibie dan lainnya yang kebanyakan para insinyur) dengan proyek-proyek nasional besar di bidang teknologi membuat para teknokrat ekonom semakin redup.

Lalu pada akhirnya, kita tahu, krisis tahun 1997 menjadi peristiwa yang sampai sekarang menjadi pelajaran berharga bagi perekonomian nasional. Tapi di luar tuduhan atas Mafia Berkeley, Profesor Sumitro punya jasa besar terhadap negeri ini, terutama dalam membangun SDM di bidang ekonomi yang handal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun