Senja yang getir, Matahari terbenam, sayatan jingga di ufuk barat, Langit merona, namun hati terasa perih dan berat.
Cerita berkumpul dikala petang menyapa dengan senjanya yang menutup cerita
Perjuangan hidup kadang menerpa ketidak pastian yang menjadikannya sia-sia
Senja merona melukiskan kenangan masa lalu, berwarna melukiskan harapan baru agar dipertemukan kembali
Mungkin ini yang orang bilang seperti rindu.
Di bawah atap rumah Tempat cinta membangun sarang Aku menulis sajak tanah kering yang tabah di peluk sedihnya semesta
Ketika langit terlihat kelabuDan badai melanda jiwakuKau hadir bagai mentariMenerangi hari-harikuSenyummu menguatkan langkahkuTawamu menghangatkan hat
Kehilangan bagai ruang kosong yang tandus dan sunyi, namun dari sana kita mampu untuk belajar memulai kembali
Bila malam tiba, ketika hening menyapa, bersujudlah tanpa ragu.
Memainkan rasa di atas tari-tarian ombak di selat dan teluk
Terlihat sederhana belum tentu sederhana kadang dibaliknya terkandung makna yang tak terkira
Menyimpan segala rasa yang pernah ada namun meniada yang akan selalu terpatri dalam jiwa dan raga dalam waktu yang terus berjalan
sayup di kejauhan terdengar azan maghrib warna jingga di ufuk barat di remang kelabu
selamat malam tuan-tuan izinkan aku beristirahat sejenak tubuh ini terasa letih
Rindu rasa paling seru memburu temu
awan gelap malu-malu ngintip di ufuk jauh kering tanah merindu basah hujan menghapus debu dan aku sendiri masih bergelut dengan bayang tak tentu
Berdirilah di sampingku, Kan kutunjukkan indahnya warna senja kala