Puisi yang terinspirasi dari pertanyaan lugu seorang anak
Di waktu kecil aku dan kakak selalu berlarian mengitari dapur ibu. Entah sekedar mencari sesuatu, menemui ibu dan dapur, atau memeluk ibu di dapur.
Rerintik terus mengusik di ujung sempadan jalan yang setiap hari kita lalui
Jalan yang kita lewati adalah jalan-jalan sunyi, tak hanya jalan-jalan sunyi,dari awal hingga menuju adalah perjalanan yang sunyi, tahun-tahun adalah…
Cuaca tidak begitu buruk untuk sebuah shubuh, hanya saja Sulit membedakan antara cuaca buruk dan shubuh yang hampir saja pagi
Saat Senja berlalu di beranda mengantarkan pertemun rerintik di awal malam
Saat rembulan nampak kemerahan di atas sana, terdengar tangismu, kali ini berbeda dengan malam sebelumnya
Di sore hari yang cerah berawan bersama kawan menyusuri kota di tengah perjalanan, kami di penghujung sore di sebuah sudut kota yang ramai
Semilir angin di bawah pohon beringin Di sini aku memeluk dingin
Harusnya kita bahagia saja! hari ini hari kasih sayang bukan? atau, setiap hari adalah hari kasih sayang?
Puisi tentang cinta yang menyapa kepada siapa pun yang merasa.
Seorang teman SMA berkisah kepada saya, masih ingatkah kau ketika kita sedang berlarian di halaman sekolah dulu
adalah ruang diri saya yang kamu tidak tahu meski kita sudah menyatu
Meja makan adalah salah satu tempat nyaman baginya. ia menemukan cinta di sana
Di malam hari kita bisa menikmati bintang-bintangmu ming, malah kau membawa dia
Turikale mengantarkan rindu pada siapa saja yang pernah menikmati panorama alam
Puisi ini mengisahkan pertanyaan-pertanyaan dan juga jawaban atas pertanyaan seorang anak yang takut dengan air hujan
Sajak pagi di hari Minggu pagi adalah sebuah janji
Teh kotak Diminum tak diseduhCerutu dihisap tak pernah mengeluhGigi menggerutu mencari kue futuSantri asyik mencari kutuLelaki bersorban memulai kisah
Pada padi,lalu Ibumu menanak nasiJadi pelumas pagiPada asihDitabur benih, tumbuh padidari hujan, embun, dengan rindu ayahmuMenapis bajak, di bawah ter