Kopi sedang berduka, pekat segulita luka
Dengan separuh hati terluka Kenangan diputar ulang Disinggahi beberapa kali
Seekor burung bersenandung riang
Keinginan kami mohon diperjuangkan. Di sisi keramaian kota Kami, nyaris mati ditelan sengketa
Selama setia menyatukan kita, mari bersama sampai ke surga
Mencoba tegar menghadapi kenyataan
Puisi tentang nestapa paling nyeri yang dianggap sebagai cuaca dingin saja
Jangan katakan kesepian, karena aku tak pernah sendirian
Engkau seperti hujan, bersentuhan denganmu aku kebasahan.
Diperdaya hujan tak henti, masih saja bersiteguh berdiri
Kepahitan tak lagi gagah kala ditengadahkan doa paling tabah
Yakinkan hati takkan terbagi, bahagia mengiringi
Langit buru-buru menelan cuaca, Titik-titik air pun berjatuhan dari udara