Periode begitu derasnya berlalu.Keadaan begitu dini untuk diakhiri
Sahabat . . . ! ! Ia datang saat kita membutuhkannya Ia selalu mengerti dengan apa yang kita butuhkan Ia sangat paham dengan siapa diri kita kita
Kita pernah saling berbagi cerita
Waktu itu Jogja masih lega tanpa mobil-mobil anak orang kaya sepeda tua masih meraja dan kita masih mahasiswa belia
Ruang putih antara kertas kosong Bermandi warna hingga sobek entah di mana Bagai hanyut ditelan fatamorgana
contoh puisi, puisi, puisi ibu, puisi guru, puisi adalah, puisi pergi, puisi pulang
Awalnya Temu TatapTemu SapaTemu SenyumTanya mulai hadirJawabmu hadirkan secercah cahayaRasa mulailah munculNamun..Ragaku seakan menolakDiam mengiringi
Sudah lama kita mencobaSatukan irama langkahTentukan arahDan menunggu yang tak tepatHaruskah kita terus mencobaKita terlanjur mencintaiSaling balas pe
Sahabatku...Kita tak pernah berselisihKita selalu berbagi canda tawaKita selalu satu meja kopiSahabatku...Saat ini aku tak tahuMengapa rasa itu terasa
Merah darahkuPutih tulangkuMerah putih terus berkibarWalau pahlawan telah gugurNamun semangatnya tak akan pernah pudarBendera Merah putih adalah warna
Puisi ini tercipta untuk sahabatku yang berada di Jakarta, seorang wanita pejuang rupiah demi keluarga. Setiap hari pulang malam harus bebarengan deng
(Puisi teruntuk sahabatku Dewi di Kota Kudus)Kau datang saat diriku dirundung sepidengan membawa sekeranjang bunga melatikau harumkan malamku yang din
| badwich.ed |Sobat cantik, tak biasanya kau hadir didepan bola mataku, dengan sapa ramahmu bersahabat, dengan senyummu yang meneduh
Sumber IGBerulangnya hari-hariku selalu ada kamuSosok bak bayangan yang mengganggu ketika senada bersama menimba ilmuBangku sebelah menyebelah menjadi
