Senyum pria yang dulu ku sayangi dengan hati dan pikiranku, lalu pergi
Apa yang kita kerjakan, tuliskan, lakukan, mungkin bosan dan melelahkan. Bacalah dan temukan apa yang harus dilakukan.
Saat air hujan bercampur keringat lelah, Di antara butiran peluh yang berdansa
Langkahku terhenti, lelah merayap. Sepiring matahari perlahan tenggelam
Hujan dan senyumanmu adalah dua hal yang selalu kutunggu, sebab aku adalah kemarau bagi keduanya
Peluh luruh basahi tubuh Jalani perjuangan kehidupan yang terus bertumbuh
belum kering juga peluhmusejak engkau melahirkan kami ke duniasampai sekarang inisampai kami tumbuh dewasa dan menikah
Tiada usaha kan sia- sia, pasti selalu ada hasilnya
Telapak tangan mulai melepuh, Belum juga menjadi sembuh. Namun kau tetap saja bertahan, Karena keluarga butuh makan.
Melukis Kenang Pendidikan Profesi Guru
Kehangatan ini Terlalu muluk, hatiku kelesa dan merutuk.
Puisi 10 November, saya hanya pemuda cuman bisa puisi
Rasanya aku seperti melihat sebuah meja, mungkin dalam sebuah pesta, atau barangkali
Puisi tentang menyadari diri serta mensyukuri nikmat.
Berusaha mengebal lagi maha bebal di kepalaku, di kepalanku, di keterpanaanku, di keterpautan ,semesta dan waktu-waktu yang tak bisa aku peluk
Aku berharap kacamatamu yang sering kau simpan di atas lemari masih ada, bersihkan dulu debunya sebelum kau pakai.
Seperti embun yang jernih dan bening, ibu adalah sosok yang senantiasa ikhlas dan tulus dalam menjaga, memelihara anak-anak dan keluarganya
Dia menenunku dalam kesopanan hingga senjanya menua.
Seorang lelaki bekerja setiap hari mencari pasir di tepi sungai mahakam. Pekerjaan dilakoninya dengan penuh semangat tak peduli panas terik dan hujan.
Wanita tua masih mengandalkan cuacaMemilah mana waktu yang baik dan percuma