Menyibak kelambu gelap meningkahi terang padang gersang ...
Kenanganmu untukku hanya sebatas itu
Kidung terdengar merdu dihantarkan oleh suara angin yang berhembus yang didukung oleh alam yang sedang bergembira yang mengisayratkan makna didalamnya
Jika ini jalan menuju bintang ijinkan aku bersama malam terkunci dalam heningaku terdiam.
Dalam senandung doa menapak juang yang tiada henti ...
Banyak hal yang telah terjadi antara suka maupun duka
Sayup-sayup suara sendu mengalun mengiring cerita seram Mendesir terbawa angin sampai ke pendengaran Merintih mengaduh membuat diri meremang
Kau adalah pencinta sunyi, Walau kau terbiasa di keramaian, Kau katakan tak mampu bedakan sunyi dan ramai
Koherensi Kidung Agung Yahudi dan Kidung sebagai Kesusasteraan Nenek moyang Bangsa Indonesia dimasa Lampau
Kidung membahana pada wahana dan ruang sederhana dari hati sederhana bersyukur
Dendang pagi terus berlangsung ditingkahi titik-titik rintik dari kran langit
Langit mendekat ke muka mayapada menggemuruh ciprat kilat bersegera, guyuran air
Kadang bosan semak di kepala Mengenang, mengingat tak enyah dari pikiran Kerling mata seperti jebakan Mengalirlah seribu puisi picisan
... yang baru mampu aku lakukan hanyalah menitipkan secarik kertas berisi kutipan lirik
Kudengar kidung kisah pilu Tentang sebuah penantian tak berujung
Tak usah risau bersandar pada keyakinan, masih ada bahagia yang disimpan berjuta batang pohon untuk kita dan semua yang memaknai semesta sepenuh hati
Hendak pergi kemana seluruh rasaBergelora dengan begitu kencangnya
Perasaan penuh cinta ku tuangkan untuk diriku sendiri
Dalam dingin yang gelisah Engkau berikan kehangatan dengan penuh welas asih