Untuk apa lagi menyelipkan luka di sakumu Sebagai bekal perjalanan ke masa lalu?
Ada sesuatu saat aku lihat siang hari ini, Kecemasan, sedikit garang tetapi sunyi
Siang ini aku menyaksikan kembali seorang gadis mengawurkan melati pada nisan dengan label nama
Malam di awal Desember Adalah kepak doa mengangkasa
Pernah di suatu ketika Kita layangkan cinta ke udara Membiarkan ia ditiup angin Meliuk-liukkan segala ingin Bernyanyi dan menari, mencari pelangi
Hari ini di jalanan sedang ramai, sekumpulan keinginan bersorak-sorai
Secangkir kopi pagi terseduh kesiangan tetapi bukanlah sebuah kesalahan
CINTA-NYA, Pernah aku tanam cinta di taman hati, Tumbuhlah kukuh menjulang tinggi
Hai, kelam! Apa yang kau kabarkan kepada malam. Selain dingin, gelap, dan menakutkan, juga bulan sabit yang sendirian
Hari ini, hujan datang berkunjung, derainya yang jatuhkan kenangan membuat segala ingatan berkelindan
Melupakan menjadi sebuah perkara. Ketika tahu bagaimana awal jatuh cinta
Masih tentang seorang lelaki, Yang mimpinya patah dipukul sepi
Di antara dingin, gelap yang menakuti Seseorang tak ingin kelamaan sesak sendiri
Jalan simpang empat malam hari Menjadi tempat mengabaikan hati Seorang perempuan bermata kunang-kunang Bergumul dengan hidup nan jalang
Sekarang hanya aku, juga kenangan itu Duduk diam seperti batu Berharap bahagia dilukis mega Senyum ibu, misalnya
Sesekali tulislah puisi paling api Untuk merebus segala nyeri Sampai lupa ...
Pada siang aku teriakkan rindu, kala ingatan berkarat di kepalaku
Sang bocah di pasar malamBerebut tempat dengan sekawanan ingin diam-diamTerompet, kapal-kapalan
Pagi ini, seorang lelaki. Kepalanya dipenuhi ingatan paling sunyi
Wahai, Tuan terhormat, lihat kami menuju sekarat, sepenggal napas dihirup keadaan