Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wartawan dan Berita Bohong?

29 Mei 2012   02:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:39 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Wartawan dan Berita Bohong?

Oleh Tabrani Yunis

“Mulut kamu, harimau kamu, yang menerkam kepala mu”

Inilah sebuah untaian kata bijak yang penah kita pelajari di dalam buku pelajaran bahasa Indonesia sejak di sekolah Dasar dahulu. Kita tidak tahu kalau sekarang. Mungkin ungkapan ini sudah tidak pernah ada, sejalan dengan seringnya pergantian buku teks di sekolah. Ungkapan ini pun lenyap dari buku teks, namun bagi orang-orang terdahulu, ungkapan ini masih melekat erat di pikiran.

Nah, apa artiatau makna dari ungkapan itu? Paling tidak sebagai orang awam, kita diingatkan agar hat-hati dalam bertutur kata, atau juga dalam menulis, agar apa yang kita katakan atau yang kita tulis, tidak menjadi fitnah, atau berita bohong yang akan memakan kita sendiri. Dengan demikian, pepatah itu pun menjadi pengingat (warning) bagi siapa saja. Apalagi bagi para pekerja media yang menulis berita atau menulis opini, features dan sebagainya.Pepatah itu memang harus dicamkan dalam-dalam, agar tidak dikatakan wartawan bohong, media pembawa fitnah, atau berita dan tulisan yang merusak nama baik seseorang. Sungguh ini sangat berbahaya bukan?

Selama ini, seringkali terdengar di masyarakat kita ungkapan-ungkapan miris terhadap pemberitaan yang ditulis wartawan media, baik cetak maupun elektronik. Ungkapan-ungkapan itu terasa sangat melecehkan kerja wartawan atau media atas sebuah pemberitaan. Ada ketidakpercayaan orang terhadap pemberitaan itu dan menuduhnya sebagai berita bohong, berita sampah, dan bahkan dianggap fitnah. Berita yang paling actual dan mendapatkan tanggapan yang hangat adalah berita berikut ini. Berita inipun harus kita tampilkan secara utuh, agar tidak menjadi berita sepotong-sepotong.

Alumni S2 Jerman Curhat ke DPRA

Mengaku Sulit dapat Kerja


BANDA ACEH -  Sembilan alumni S2 dari berbagai Universitas ternama di Jerman menyampaikan keluh kesah mereka kepada pimpinan DPRA. Para alumni S2 ini mewakili 80 rekannya mengadukan tentang sulitnya mendapat peluang kerja di Aceh setelah mereka menyelesaikan pendidikan di Jerman. Padahal rata-rata mereka punya kapasitas keilmuan dan nilai yang cukup baik.

“Kami siap mengembangkan dan mengabdikan ilmu yang kami dapat di Jerman untuk kemajuan Aceh ke depan, tapi peluang untuk mendapatkan pekerjaan sesuai ilmu yang kami miliki masih sangat sulit di Aceh,” ungkap Muhammad Mulyawan, alumni S2 Teknik Perminyakan dalam pertemuan dengan Wakil Ketua II DPRA Sulaiman Abda, Rabu (23/5) di ruang kerjanya.


Pertemuan sembilan alumni S2 Jerman dengan pimpinan DPRA didampingi Ketua Komisi Beasiswa Aceh Dr Qismullah. Qismullah mengungkapkan, jumlah mahasiswa Aceh yang telah menyelesaikan studi S2 di Jerman hingga 2012 ini mencapai 80 orang lebih.

Sebagian dari mereka ada yang telah bekerja di berbagai perusahaan nasional dan asing sebagai tenaga ahli. Sebagian lagi karena keinginannya yang tinggi untuk mengabdikan ilmunya di Aceh. Karenanya sampai kini mereka belum menerima tawaran kerja yang datang dari luar, dan tetap ingin bekerja di Aceh.

Qismullah menyebutkan masalah yang dihadapi para alumni ini yaitu peluang kerja di Aceh, baik di perusahaan swasta maupun pemerintah sangat sempit.


“Padahal keahlian yang mereka miliki sangat bagus. Antara lain seperti tehnik perminyakan, pertambangan, arstitektur, teknologi pengolahan pertanian, perencanaan infrastruktur, global politik ekonomi, manajemen pemasaran  dan lainnya,” kata dia.


Disebutkan pertemuan tersebut dimaksudkan agar pemerintah dapat memberi perhatian kepada para alumni S2 Jerman ini agar tenaga dan kapasitas keilmuan yang mereka miliki bisa terserap untuk kemajuan pembangunan Aceh. “Baik ditempatkan di SKPA dan perusahaan swasta, BUMD, BUMN yang terdapat di daerah ini. Karena, kalau mereka tidak dimanfaatkan oleh Pemerintah Aceh setelah menamatkan studi S2 di Jerman, mereka akan bekerja di luar Aceh,” jelasnya.


“Kalau ini yang terjadi, anggaran beasiswa yang kita sediakan dalam APBA setiap tahun ratusan miliar untuk membiaya studi S2 mahasiswa Aceh di berbagai negara, yang akan menikmati nantinya daerah lain,” sebut Qismullah. (her) Editor : bakri

ketika berita ini dikonsumsi oleh para pembaca, maka berbagai interpretasi bermunculan. Berita itu bahkan menjadi inspirasi bagi munculnya berita atau tulisan maupun opini terhadap isi berita. Dalam hal ini soalalumni S2 German itu. Tentu saja reaksi yang reaksioner dari pembaca bermunculan, yang baik maupun yang mencela. Silakan buka Serambinew.com, untuk membaca bagaimana reaksi para pembaca. Tanggapannya pun sangat tergantung pada kemampuan mencerna berita tersebut di atas. Karena bisa saja pembaca salah dalam menaksirkan isi berita. Bahkan media sendiri dituduh tidak professional, seperti ungkapan berikut ini.

“Saya kira, berita di atas dibuat sedemikian rupa untuk mengangkat oplah Serambi Indonesia. Tahukah anda Serambi saat ini mengahadapi problem kesulitan penjualan? akibat situs online dan wartawannya yang cuma punya keahlian pas-pasan. Ada saatnya kita menyeleksi wartawan- wartawan pintar untuk hadir di acara tukar pendapat ke depan...hal ini berlaku untuk semua kita. Wassalam”

Nah, hebohnya reaksi masyarakat terhadap pemberitaan tentang alumni German, diharian Serambi dan kemudian berkembang di media maya ( internet) yang ada di facebook, blog dan lain-lain, dirasakan sangat merugikan pihak yang diberitakan. Hal ini membuat para alumnus Jerman menggunakan hak jawabnya di harian Serambi pada hari Sabtu 2012. Penjelasan mereka seperti berikut ini.

Penjelasan Alumnsi S2 Jerman

Sabtu, 26 Mei 2012 12:31 WIB

Kami diundang LPSDM untuk bertemu anggota dewan di Gedung DPRA. Ternyata, cuma menemui salah satu anggota dewan yaitu Sulaiman Abda, dalam asumsi kami awal adalah bertemu sejumlah anggota dewan.

Judul dan isi pemberitaan Serambi Indonesia, Edisi 24 Mei 2012, “Alumnis S2 Jerman Curhat ke DPRA’ tidak komprehensive. Tidak benar kutipan statement di bawah ini, “Kami siap mengembangkan dan mengabdikan ilmu yang kami dapat di Jerman untuk kemajuan Aceh ke depan, tapi peluang untuk mendapatkan pekerjaan sesuai ilmu yang kami miliki masih sangat sulit di Aceh.”


Justru kami paparkan tentang Program Return Expert, di mana kami membuat kerjasama dengan Pemerintah Jerman, melalui CIM dan mereka yang akan memberi gaji yang layak untuk kami. Program ini telah berjalan di Sabang, dan beberapa lainnya sedang dalam proses.


Kami juga menawarkan program yang bisa kita ajukan ke Pemerintah Jerman, yaitu program penguatan pemerintahan seperti di Yogyakarta, “Good Government Centre”, tapi hal-hal ini tidak ditulis oleh media.


Bahkan kami (saya) Muhammad Mulyawan, diusulkan oleh Pak Sulaiman Abda untuk ditempatkan di Dinas Pertambangan. Saya menolak dengan tegas usulan dari Beliau, karena saya merasa karakter dan kualitas diri saya tidak cocok ditempatkan dalam birokrasi seperti Dinas Pertambangan.


Hal-hal di atas tidak tertulis dan diungkapkan oleh media, sehingga maksud dan tujuan sebenarnya tidak tersampaikan secara utuh ke ruang publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun