Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Pesan Soekarno itu Mulai Dilupakan?

2 September 2015   19:57 Diperbarui: 2 September 2015   20:00 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jasmerah yang sudah dilupakan"][/caption]Oleh Tabrani Yunis

Pendiri bangsa ini, Soekarno, sudah mengingatkan kita agar kita tidak melupakan sejarah. Pesan yang dikenal dengan   Jas Merah, yang merupakan singkatan dari " Jangan sekali-kali Meninggalkan Sejarah". Pesan yang menjadi judul Pidato Presiden Soekarno yang disampaikan pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia,17 Agustus 1966.  Namun, meminjam catatannya Mbak Wiki seperti  yang didokumentasikan oleh Wikipedia, Menurut A.H. Nasution, menyebutkan bahwa Jasmerah adalah judul yang diberikan oleh Kesatuan Aksi terhadap pidato Presiden, bukan judul yang diberikan Bung Karno. Presiden memberi judul pidato itu dengan Karno mempertahankan garis politiknya yang berlaku "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah". Dalam pidato itu Presiden menyebutkan antara lain bahwa kita menghadapi tahun yang gawat, perang saudara, dan seterusnya.

Terlepas dari perbedaan itu,  yang sangat perlu kita ambil adalah isi dan makna pesan tersebut. Sesungguhnya, pesan tersebut merupakan sebuah nasihat dari seorang founding father, ya pendiri negeri ini kepada masyarakat bangsa Indonesia setekah beliau tidak lagi memimpin bangsa ini. Tentu agar bangsa ini  tidak melupakan setiap catatan sejarah yang pernah dialami dan dibuat oleh bangsa ini sebagai landasan untuk masa depan. Landasan pengalaman bangsa untuk menyusun strategic planning pembangunan bangsa depan. Oleh sebab itu Soekarno yang pada saat itu memiliki perspektif futuristik mengnginagtkan kita agar tidak seklai-kali melupakan sejarah. karena sesungguhnya  bangsa kita memiliki sejarah perjuangan yang sangat panjang hingga kini menjadi bangsa yang merdeka.

Soekarno pada saat itu tentu sangat memahami betapa penting bangsa ini mengenall dan mempelajari sejarah bangsa ini berdiri dan berkembang. Cerita atau informasi itu hanya ada dalam catatan sejarah. Oleh sebab itu segala hal yang berkaitan dengan pikiran, tindakan dan segala macam kejadian tersebut harus menjadi pelajaran yang diwariskan kepada generasi bangsa di masa depan. Bila tidak ada cacatan sejarah, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang tidak memiliki sejarah asalu usulnya. Bangsa ini tidak akan mampu membuat sejarah yang bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pesan moral, pesan sejarah itu, selayaknya kita cerna kembali dan refleksikan dengan kondisi masyarakat Indonesia kontemporer.

Para sejarawan kita  juga telah memberikan banyak penjelasan mengenai sejarah. yang jelas, sejarah adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang memberikan pelajaran kepada kita tentang segala peristiwa, pikiran dan tindakan atau perbiuatan serta pengalaman yang terjadi sejak pada masa lalu dalam kehidupan manusia melalui dokumen-dokumen kuno yang tertulis, baik dalam bentik kitab maupun dokumen kuno. Bahkan  juga secara lisan yang disajikan secara turun temurun dan lain sebagainya yang memberikan pelajaran penting bagi kita dan kita jadikan sebagai landasan untuk melakukan perubahan di masa kini dan masa yang akan datang.

Jadi sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang penting dipelajari oleh generasi bangsa ini. Oleh sebab itu, sejarah menjadi satu mata pelajaran yang harus dipelajari dan kuasai oleh sebuah bangsa, termasuk kita bangsa Indonesia. Pentingnya mempelajari sejarah, maka dalam kurikulum pendidikan kita mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, kita mendapatkan pelajaran sejarah. walaupun tidak semua mendapatkannya di level Perguruan Tinggi, karena di sini kita sudah lebih spesifik memilih bidang ilmu yang ingin kita kuasai. Namun sebagai bangsa yang beradab, kita memang harus memhami atau mengetahui perjalanan sejarah bangsa ini.

Sayangnya, kini sejalan dengan semakin majunya perkembangan ilmu, pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah dirasakan semakin ditinggalkan oleh masyarakat belajar di sekolah. Pendidikan atau pelajaran sejarah yang masih ke ranah ilmu-ilmu sosial ini, tidak menjadi sebagai mata pelajaran pilihan pertama bagi para siswa di SMA dan juga di level Perguruan Tinggi. Pelajaran sejarah pun hanya ada di fakultas tertentu, seperti di FKIP atau di fakultas Ilmu sosial.

Nah, lebih parah lagi, di tingkat sekolah Menengah Atas, pelajaran sejarah ini tampaknya sudah kehilangan daya tarik. Artinya sudah tidak menarik lagi. Ya, semakin sedikit orang yang mau belajar sejarah. Apalagi sejarah dianggap sebagai sebuah catatan kelam dan sebagainya yang tidak memberikan keuntungan bagi dirinya untuk melakukan sesuatu yang lebih menguntungkan. Maka, pelajaran sejarah di sekolah kini semakin kehilangan daya tarik. Ketika sejarah kehilangan daya tarik, maka semakin sedikit orang yang mengerti sejarah. Ujung-ujunganya, kita menjadi bangsa yang melupakan sejarah. Apalagi kalau kita mentehau ada tindakan manipulasi sejarah, maka sejarah itu senakin pupus dari pikiran generasi bangsa saat ini. Bila kita sudah tidak mempelajari lagi sejarah sebagai ilmu yang penting bagi kita, maka kita sesungguhnya sudah melupakan pesan founding father, Soekarno.  Tentu hal ini tidak boleh terjadi. Oleh sebab itu, agar kita tidak menjadi bangsa yang melupakan sejarah dan tidak dikatakan melupakan pesan pendiri bangsa ini, kita harus bertamya mengapa Pesan Soekarno itu mulai dilupakan? benarkah pelajaran sejarah di sekolah-sekolah kita saat ini menjadi mata pelajaran yang membosankan dan menimnulkan rasa tidak percaya karena ada babak sejarah yang dimanipulasi oleh para pembuat sejarah? Mari kita pelajari lagi sejarah itu

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun