Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan (Hanya) Menjadi Guru

29 November 2021   21:00 Diperbarui: 29 November 2021   21:02 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang menjadi impian penulis adalah ingin menjadi seorang tenaga penyuluh pertanian atau sarjana pertanian. Namun nasib berkata lain, pucuk dicinta, ulam tiba. Ternyata, cita-cita atau keinginan itu tinggal hanya menjadi cita-cita masa kecil, karena langkah kaki berubah ke ranah yang tidak menjadi kesukaan atau yang diimpikan, yakni ranah pendidikan, menjadi calon guru. Walau sekali lagi, menjadi calon guru bukanlah sebuah pilihan, menjadi sebuah keterpaksaan dan tidak ingin menjadi guru, akhirnya guru menjadi profesi yang harus dijalani dan diperankan hingga kini.

Untungnya penulis tidak termasuk dalam golongan orang yang suka terbenam di satu bidang atau satu aktivitas saja, bergelut di kelas sebagai seorang guru. Penulis tidak suka hanya menjalankan peran sebagai guru yang tidak mau repot dengan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan guru.

Penulis sadar bahwa sebagai manusia yang wajib belajar,penulis melakukan banyak aktivitas di luar jalur profesi sebagai guru. Maka di awal masa diangkat menjadi guru, penulis memulai kegiatan dengan kegiatan menulis. Memulai kegiatan mengirimkan tulisan ke media cetak yang terbit daerah. 

Setelah tulisan pertama di bulan Juli 1989 dimuat, penulis semakin terdorong atau termotivasi untuk menulis. Pokoknya, kegiatan menulis menjadi semakin disukai setelah adanya media massa yang menampung tulisan untuk dipublikasikan, yakni surat kabar.

Ya, kala itu, sebuah media cetak, Serambi Indonesia terbit di tahun 1989 dan penulis pun memulai aktivitas menulis di media cetak yang kegiatan itu hingga kini masih menjadi kebutuhan hidup penulis.

Selain melakoni dan mengisi kegiatan sehari-hari dengan aktivitas mengajar dan juga menulis, muncul keinginan dan kemauan untuk bisa bekerja atau beraktivitas di bidang sosial dengan bergabung di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 

Saat itu bersama teman yang sudah punya pengalaman ber-LSM, penulis mulai ikut mendirikan LSM yang penulis sendiri ikut menjadi pendiri dan pelaksana di lembaga pengkajian dan pengembangan sumber daya manusia (LP2SM) yang kala itu berkantor di Hotel Aceh, pavilion 15, berhadapan dengan Geunta Plaza saat itu.

Di Lembaga itu penulis mulai belajar tentang LSM dan mengasah idealisme, bekerja untuk masyarakat miskin di desa-desa, tanpa berharap ada gaji. Yang penting bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan diri (self development) lewat berbagai proses dan kegiatan. Kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat kelas bawah. Pekerjaan yang kerap disebut sebagai pegiat sosial atau aktivis sosial.

Ya aktivis. Tentu sudah sangat sering kita mendengar sebutan ini. Sebutan yang ditambalkan kepada seseorang yang sehari-hari atau dalam hidupnya aktif dalam sebuah kegiatan atau di sebuah organisasi.

Bagi penulis sendiri saat itu tidak begitu memahami arti dari kata aktivis itu, juga tidak menyangka bahwa aktivitas itu adalah aktivitas para aktivis. 

Maka, sejalan dengan perjalanan waktu, kata aktivis itu pun semakin mengkristal Namun kata aktivis itu bisa kita dapatkan dalam kamus besar bahasa Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun