Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buka Usaha? Jangan Tunggu Pensiun!

25 Februari 2020   21:48 Diperbarui: 25 Februari 2020   21:49 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melanjutkan tulisan sebelumnya, dalam sebuah tema besar " Agar Masa Pensiun Tidak Galau", seri tulisan yang ditulis berdasarkan hasil amatan terhadap sejumlah orang yang sedang memasuki masa pension atau yang sudah pension. Pada tulisan sebelumnya, sebagai rangkaian tulisan ini penulis menawarkan kepada para pensiunan untuk berbagi ilmu lewat aktivitas menulis. Maka, muncul tulisan dengan judul "Aktif Menulis di Masa Pensiun, Belajar Pada pak Tjip",. 

Lalu, tulisan berikut ini penulis mengangkat judul  Buka Usaha? Jangan Tunggu Pensiun".  Usaha Berdagang adalah aktivitas yang banyak dipilih oleh orang-orang yang memasuki masa pensiun atau ketika sudah resmi pensiun. Pertanyaannya mengapa harus memilih kegiatan berdagang ( berjualan), atau melakukan aktivitas bisnis? 

Tentu ada banyak alasan mengapa banyak orang memilih pekerjaan ini. Ya, sebenarnya melakukan aktivitas dagang dengan berjualan di toko adalah pilihan yang baik, karena lewat dagang atau bisnis berjualan, kita bisa mendapatkan rezeki yang halal, sejauh kita melakukan dagang dengan landasan kejujuran.

Jadi, jangan heran, kalau selama ini ada banyak pensiunan yang memilih kegiatan ini di masa pension. Paling tidak, bisa dikatakan dagang merupakan salah satu cara untuk mengisi waktu yang tersisa di saat pensiun. Salahkah? Tentu tidak.

 Nah, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk kalangan para pejabat yang hidup mereka sudah sangat sejahtera dan memiliki simpanan masa tua yang berlimpah, tetapi para pensiunan dari kalangan pegawai rendahan yang masih harus berjuang hidup.

Dikatakan demikian, untuk kegiatan berdagang bagi kalangan pensiunan elitis, bukan sebuah pilihan yang tepat, karena kegiatan bisnis dalam bentuk dagang, bisa membuat mereka kehilangan harga diri.

Dikatakan demikian, dalam melakukan dagang atau bisnis, adakalanya kita berhadapan dengan konsumen yang mungkin akan memerintahkan kita untuk mengambil sesuatu.

Untuk para pensiunan yang elitis, tentu ini akan membuat mereka merasa malu dan tidak enak badan. Kalau pun ingin melakukan bisnis, berjualan di toko, ia hanya berperan pada bagian management saja, tidak ikut menjaga toko.

 Jadi, cocoknya usaha dagang, berjualan adalah bagi pegawai rendahan yang bukan mantan pejabat. Berdagang, bisa menjadi sebuah pilihan yang tepat. Sebenarnya, banyak pensiunan yang galau kala menghadapi masa pension, banyak pula yang hanya tinggal menikmati hidup dengan tidak melakukan aktivitas apa-apa, selain beristirahat di rumah bersama anak dan cucu.

Sementara bagi yang masih memiliki banyak tanggung jawab, mereka harus putar otak, mencari cara, mencari ide atau gagasan untuk melakukan aktivitas ekonomi, agar bisa memenuhi kebutuhan hidup di masa pensiun, sejalan dengan berkurangnya pendapatan di masa pensiun. Apalagi, ada yang memiliki anak-anak yang masih belum siap membangun kehidupan sendiri. 

Sayangnya pula, banyak yang tidak menyiapkan atau memulai usaha ketika sebelum pensiun dan memilih melakukannya di kala sudah mendapat SK pensiun. Kondisi seperti ini akan menyulitkan pensiunan tersebut, karena pada saat sudah genting, mereka baru mencari ide atau memulainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun