Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Istriku dan Perempuan di Bulan Ramadan

24 Mei 2019   01:25 Diperbarui: 24 Mei 2019   06:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

Sejak dua bulan lalu, sebelum masuknya bulan Ramadan, isteriku sudah mulai sibuk. Bukan sibuk mengurusi rumah, tetapi mulai sibuk memesan barang-barang dari produsen atau  penjual yang ada di pasar-pasar besar di Jakarta. Kebetulan, ah bukan kebutulan. Istriku bisa kusebutkan sebagai seorang entrepreneur.  

Ia  menggeluti bisnis pakaian anak-anak dan fashion perempuan di  Tokonya Balitaku Gallery ( kini POTRET Busana), yang  terletak di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh itu.  Ia sudah menjadi basis kegiatan bisnis pakaian bayi, anak-anak dan perempuan dewasa sejak tahun 2009, setelah ia berhenti bekerja dari sebuah LSM lokal di Aceh. Ia berhenti bekerja di kantoran, karena ingin belajar menjalankan bisnis agar bisa membangun kemandirian ekonomi. 

Oh, sorry, kalau ceritanya terlalu jauh mundur ke belakang, tetapi tidak masalah bukan? Melihat ke belakang, hanya untuk mengembil pelajaran. paling tidak, ada sebuah pelajaran penting ketika ia ingin bergelut ke dunia bisnis atau dunia usaha. Aku ingat kala itu, ketika ia berencana membuka usaha atau bisnisnya. Seperti dalam banyak  kasus memulai usaha, bila kita tanyakan kepada siapapun yang akan memulai bisnis ( pemula), pasti yang pertama difikirkan adalah dana yang katanya sebagai modal usaha. Artinya, setiap kali akan membuka usaha, yang harus ada terlebih dahulu adalah modal. 

Sayangnya, modal yang dimaksudkan adalah dana atau uang. Padahal, yang namanya modal, tidaklah semata uang. Buktinya, banyak orang yang memulai bisnis tidak dengan uang yang besar. Mereka memulai bisnis bermodalkan kepercayaan ( trust). Kepercayaan atau trust yang mendatangkan segalanya. Jadi konsep  modal adalah uang, sebenarnya adalah sebuah kekeliruan yang terjadi dalam masyarakat kita.

Kita memang membutuhkan dana atau uang untuk membuka usaha. Namun, sebelum membuka usaha, modal dasarnya adalah ide, atau gagasan usaha atau bisnis. Kalau kita tidak punya ide atau gagasan bisnis, berapa pun uang atau dana yang kita punya, kita tetap tidak bisa berbisnis. Benar bukan? 

Ya, kalau tidak punya gagasan atau ide bisnis, tidak akan ada konsep bisnis. Juga tidak akan ada rencana bisnis dan bahkan tidak tahu berapa anggaran dan apa saja yang akan dan harus disediakan. Dengan demikian, modal yang sesungguhnya bukan hanya uang atau dana, tetapi ada banyak hal yang juga menjadi modal, misalnya kemauan, kesehatan dan lain-lain. 

Nah, maaf lagi ya, kalau pembahasannya sudah melantur ke sana- ke sini. Tapi sudahlah. Hal itu juga penting dibicarakan, agar pemahaman kita dan juga masyarakat kita akan modal, tidak terbatas pada uang atau dana.

Sekarang kita kembali ke soal istriku. ia berhenti bekerja di kantor karena alasan merasa capek dan tidak dekat dengan anak. Ya, baguslah ya alasan itu. Namun, apakah dengan berhenti bekerja di kantor, lalu membuka usaha jaualan pakaian itu membuat ia tidak capek dan bisa tetap selalu dekat dengan anak? Apakah ketika sudah menjalankan bisnis, lalu tidak sibuk lagi? 

Tentu saja kondisinya berbeda dengan bekerja di kantor. Kalau di kantor pasti kerjanya under pressure, atawa di bawah tekanan. Harus ikut aturan kantor, datang pukul 07.30 dan pulang pukul 17.00 WIB. Kalau menjalankan usaha sendiri, tidak ada yang menekan, tidak ada yang mengatur harus buka pada pukul 07.30 dan berhenti pada pukul 17.00. Semua bisa diatur sendiri. Jadi, jelas lebih lega. Bukan hanya itu, kedekatan dengan anak dan suami pun begitu dekat.

Nah, di bulan Ramadhan ini, bahkan dua bulan sebelum Ramadhan istriku  semakin sibuk dengan bisnisnya. Kesibukannya bukan saja harus memesan produk  dalam sehari bisa beberapa kali, tetapi juga sambil menjaga dan melayani pembeli di toko, ia juga sibuk melayani pembeli yang berbelanja online. Apalagi sudah mendekati masa-masa persiapan hari raya, sibuknya semakin bertambah. Sehingga, tanpa disadari, waktu berjalan begitu cepat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun