Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Kemampuan Literasi Kependudukan Masyarakat Desa

6 Mei 2019   23:25 Diperbarui: 6 Mei 2019   23:56 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Oleh Tabrani Yunis 

Apa komentara anda bila ada yang menyebut  "Literasi kependudukan". Terasa aneh, atau seperti sedang berada dalam fenomena ikut-ikutan, karena dalam dunia pendidikan kita sedang rama-ramai berbicara dan menggerakan literasi? Bisa jadi, ada yang beranggapan demikian, bisa pula ada yang berkata, literasi kependudukan adalah hal yang memang harus ada dan harus menjadi perhatian dan pembicaraan semua orang.

Tidak ada salahnya, menyebut literasi kependudukan, karena kedua hal tersebut merupakan hal yang saling kait mengkait. Mengapa demikian? Dikatakan demikian, karena literasi sebagai kemampuan untuk membaca, memahami, menganalisis dan mencari solusi, mereka kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang, masih menjadi masalah besar yang menyelimuti bangsa ini. 

Sebagaimana kita ketahui bahwa kemampuan literasi bangsa kita, Indonesia saat ini masih sangat rendah dan kalah bersaing dengan masyarakat di Negara-negara lain di dunia, bahkan kita masih kalah dibandingkan dengan Negara tetangga, Malaysia. Memang belum ada data terbaru yang dikeluarkan pada akhir tahun 2018, namun data tahun sebelumnya menampatkan posisi kemampuan dan budaya literasi bangsa kita yang masih terjungkal.

Satria Dharma, tokoh literasi nasional, dalam seminar  Jogja Expo beberapa tahun lalu, menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian program for Internation student assessment (PISA) menyebutkan , budaya literasi masyarakat Indonesia berada pada posisi  64 dari 65 negara. Kondisi serupa juga ditemukan dalam penelitian-penelitian lain. Kondisi itu bisa jadi semakin memburuk sejalan dengan perubahan perilaku generasi milenial yang semakin memburuk. 

Bukti emperis dari pelaksanaan berbagai ujian atau tes di lembaga pendidikan kita dan masyarakat, seperti tes CPNS yang disaring lewat CAT, memperlihatkan hasil yang memprihatinkan kita. Data emperis ini menjadi salah satu indikator rendahnya budaya membaca di kalangan masyarakat sekolah dan luar sekolah.

Nah, ketika minat dan kemampuan membaca, mengindentifikasi masalah, analisis dan mencari solusi yang rendah, maka pemahaman dan kemampuan analisis terhadap hal-hal yang sedang berkembang juga rendah.

Masyarakat kita pun sebenarnya sudah mahfum kalau minat membaca masyarakat kita hingga kini masih rendah dan bahkan akibat kemajuan teknologi digital akhir-akhir ini, minat membaca dan day abaca masyarakat kita turun ke titik nadir, sehingga tingkat kepercayaan terhadap berita bohong atau hoaks tumbuh subur. 

Dengan kondisi seperti itu, wajar pula bila narasi dan rekognisi  tentang kependudukan sangat kurang yang bermuara pada rendahnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan kependudukan. Itu pula ungkapan yang diucapkan oleh Dian Erlita TR, Begitu kata Bu Dian Elita TR, Kasubid Kerjasama Pendidikan Kependudukan (KPK) BKKBN Aceh dalam perjalanan dari Calang ke Krueng Sabe, Aceh Jaya untuk membuka dan membentu Pojok Baca Kependudukan di Gampong ( Kampung) Paya Seumantok, Krueng Sabe pada Senin sore 29 April 2019.

Pernyataan Bu Dian tentang fenomena dan realitas di tengah masyarakat kita terhadap isu atau masalah Kependudukan di negeri ini. Ya, isu Kependudukan selama ini tidak pernah menjadi isu yang sexy. Tidak menjadi bahan pembicaraan yang menarik dan tidak dianggap penting. Padahal kependudukan merupakan masalah yang tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan persoalan yang saling berhubungan dengan berbagai sektor kehidupan kita. Penduduk adalah sentral pembangunan, karena pembangunan itu ada, karena ada penduduk. Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar masalah kependudukan. Tidak akan ada pembangun di sebuah tempat atau desa, bila tidak ada penduduk di tempat tersebut. 

Nah, masalah rendahnya budaya literasi masyarakat dan tidak sexy-nya masalah atau isu kependudukan tersebut di tengah --tengah masyarakat kita di Indonesia, terutama di Aceh telah mendorong pihak BKKBN yang selama ini dikenal berhasil dalam program-program keluarga berencana, untuk bekerja lebih keras membangun kemampuan literasi kependudukan di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai cara dan dengan merangkul mitra strategis untuk melancarkan kegiatan literasi kependudukan tersebut. Salah satu hal yang sangat mendesak untuk dilakukan adalah membuat atau menciptakan kegiatan membaca di desa-desa di Aceh.

Oleh sebab itu, BKKBN Aceh, melakukan program yang sinergis secara internal dan mitra strategis hingga perangkat desa di Aceh. Beberapa program sinergis dan strategis yang dilakukan dengan mitra tersebut adalah membuat rumah data kependudukan dan membuat pojok baca kependudukan.

BKKBN Aceh sudah membuka sebanyak 47 pojok baca sebagai upaya untuk meningkatkan minat membaca dan sekaligus untuk membangun literasi kependudukan kepada masyarakat di Aceh Salah satu mitra untuk mendukung berjalannya kegiatan membaca dan penyediaan bahan bacaan di pojok kependudukan tersebut, BKKBN Aceh menggandeng majalah POTRET dan majalah Anak Cerdas untuk memperkaya bacaan di pojok kependudukan tersebut. 

Dengan demikian,  pojok membaca bidang kependudukan diharapkan akan mampu membangun minat membaca dan kemampuan membaca masyarakat di desa, khususnya yang terkait dengan isu kependudukan.

Tentu saja, semua pihak harusnya mau ikut peduli dan berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat, bukan hanya di Aceh, tetapi di seluruh Indonesia, hingga semua melek literasi kependudukan. Hal ini semakin penting, sejalan dengan pentingnya menyiapkan masyarakat untuk memnafaatkan bonus demografi yang sudah bisa dinikmati, namun belum secara optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun