Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ingin Anak Anda Lancar Berbahasa Inggris? Ikuti Cara ini

5 Agustus 2018   00:43 Diperbarui: 5 Agustus 2018   00:51 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Banyak orang yang sedang berbelanja di POTRET Gallery yang terletak di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh kaget dan terkejut ketika dua anak, Ananda Nayla dan Aqila Azalea asik bermain sambil bercerita dan bercengkrama dalam Bahasa Inggris di Toko tersebut.  

Melihat aksi mereka berdua, banyak pula orang yang bertanya, kalau mereka lahir di luar negeri. Ada pula yang bertanya, apakah mereka lama di luar negeri. Bahkan ada yang bertanya, mereka ikut kursus Bahasa Inggris dimana? Pokoknya, setiap hari, ada saja yang bertanya tentang mereka berdua yang seharian, sepulang sekolah selalu berada di POTRET Gallery tersebut bersama orang tua.

Tidak ada satu pun jawaban yang benar dari pertanyaan para pengunjung toko yang sedang berbelanja tersebut. Dikatakan tidak benar, karena Ananda Nayla dan Aqila Azalea tersebut memang tidak lahir di luar negeri. 

Mereka lahir di Banda Aceh, beberapa tahun lalu. Mereka bahkan belum pernah sampai ke luar negeri. Paling jauh mereka pergi,  hanya pernah ke Jakarta bersama orang tua mereka. Walau sebenarnya mereka bercita-cita ingin bisa ke Inggris, atau paling dekat ke Singapore. 

Kalau pertanyaan mengenai belajar di kursus, jelas mereka belum pernah kenal dengan kursus Bahasa Inggris. Namun, keduanya setiap saat berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Nah, kalau begitu, di mana mereka belajar Bahasa Inggris?

Jawabannya sangat singkat dan sederhana, di rumah. Ya, di rumah bersama ayahnya. Bagaimana bisa ya?. Sebenarnya, asal mau, pasti bisa. Buktinya, sekarang mereka lebih mudah memahami penjelasan dalam Bahasa Inggris, dibandingkan dalam Bahasa Indonesia. Namun, mereka tidak belajar seperti layaknya orang-orang lain yang selama ini belajar Bahasa Inggris di sekolah atau di kursus Bahasa Inggris. 

Mereka tidak pernah belajar grammar atau structure. Mereka tidak belajar membaca Bahasa Inggris dengan mengeja kata per kata. Bagaimana mereka bisa membaca? Aqila saat ini baru masuk SD dan belum bisa membaca. Kecuali  kakaknya, Ananda Nayla sudah naik kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Banda Aceh dan baru bisa membaca setelah naik kelas II. Oleh sebab itu, proses belajar Bahasa Inggris yang umum seperti lazimnya kita belajar Bahasa Inggris di sekolah atau kursus, tidak pernah mereka alami. Tetapi kemampuan memahami dan berkomunikasi mereka dalam Bahasa Inggris, lebih progresif dibandingkan kemampuan Bahasa Inggris ayahnya.

Benar. Buktinya, ketika mereka menjelaskan sesuatu, mereka tidak seperti kita berbicara dlam Bahasa Inggris, tetapi berfikir dalam Bahasa Indonesia. Sehingga ketika sedang berbicara dalam Bahasa Inggris, kita sering kesulitan mengingat apa kata itu dalam Bahasa Inggris dan juga cendrung menerjemahkan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. 

Sementara mereka tidak, ya langsung saja berfikir dalam Bahasa Inggris dan berbicara langsung dalam Bahasa Inggris. Kini, mereka bisa berbicara dalam dua Bahasa, yakni Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Lalu ada yang bertanya, bagaimana mereka bisa berbahasa Inggris dengan hanya belajar di rumah dengan ayahnya?

Tentu saja bisa. Buktinya, mereka bisa. Apa kunci atau rahasia maupun resepnya? Mungkin ini yang perlu kita bagikan atau sharing. Sesungguhnya, sangat banya guru Bahasa Inggris yang mengajarkan Bahasa Inggris, tetapi mereka hanya bisa mengajarkan Bahasa Inggris untuk orang lain, tidak untuk anak-anak mereka sendiri. Bahkan, anak-anak mereka sendiri tidak bisa berbahasa Inggris. O

leh sebab itu, kunci utamanya adalah mau. Ya, mau melakukan atau mempraktikan di dalam keluarga, walaupun tidak ada teman yang dijadikan lawan bicara. Ayah atau ibu yang bisa berbahasa Inggris, pasti bisa membuat anak-anak mereka bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, asal mau. Kunci kedua adalah mulailah berbahasa Inggris dengan anak ketika usia mereka masih bayi. 

Ketika menggendong bayi, biasakan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris,  kapan pun dan di mana pun, seperti kita juga berbahasa Indonesia dengan bayi. Jangan pernah layani mereka berbicara dalam Bahasa selain Bahasa Inggris. 

Lalu, bagaimana dengan Bahasa Indonesia? Mereka bisa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan ibu. Kalau ibu yang memulai komunikasi dalam bagasa Inggris, maka mereka bisa berhasa Indonesia dengan ayah. Kunci ketiga, harus konsisten. 

Konsisten dimaksudkan adalah tetap istiqamah berkomunikasi dalam Bahasa Inggris kapan pun dan dimana pun berada. Akan lebih efektif apabila waktu bersama keluarga lebih banyak. Anak-anak akan selalu mempraktikan kemamapuan Bahasa Inggris mereka di rumah. Bukankah kita sering mendengar bahwa the key of learning is practice, practice, practice. Artinya, kalau ingin lancar, maka praktekan dan praktekan.

Karena keterbatasan waktu orang tua berkomunikasi dalam Bahasa Inggris di rumah, maka salah satu cara yang selama ini dilakukan terhadap Ananda Nayla dan Aqila adalah dengan mencari film-film anak yang berbahasa Inggris. Kita bisa berlangganan channel TV yang mempunya program anak-anak seperti Disney Junior, Cartoon Network dan lain-lain. 

Dari tayangan di channel ini anak-anak akan belajar banyak tentang hal yang tidak mereka dapat dari ayah atau ibu. Ternyata, dengan menonton program anak-anak berbahasa Inggris tersebut, anak-anak yang kini hidup di era milenial, sangat mudah dan kaya menguasai kompetensi Bahasa lewat program tersebut, seperti halnya yang dilakukan untuk Ananda Nayla dan Aqila Azalea tersebut 

Selain itu, kalau memberikan smartphone atau tablet kepada anak, biasakan membuka video atau YouTube yang menyajikan kegiatan berbahasa Inggris yang bisa melatih kemampuan anak-anak berbahasa Inggris. Misalnya tentang cara-cara membuat sesuatu. Oleh sebab itu, bagi orang tua yang ingin anak-anak mereka bisa berbahasa Inggris, maka ketika membeli mainan kepada anak, belilah mainan-mainan Bahasa Inggris yang edukatif. 

Mainan yang bisa merangsang daya kreativitas  berbahasa anak. Jangan memberikan mainan-mainan instant yang tidak kreatif. Bila perlu anak-anak juga diberikan mainan yang bisa melatih daya kritis, sehingga dengan mainan  tersebut anak-anak akan terlatih sikap kreatif secara kritis dan lebih produktif saat berbahasa. 

Apalagi kalau mereka dajak dan dilatih mengekspresikan apa yang sedang meraka mainkan dengan mengajarkan orang lain bagaimana mengoperasikan mainan tersebut, seperti apa yang dilakukan oleh Ananda Nayla dan Aqila Azalea Tabrani Yunis itu. Mereka mampu menjelaskan dalam Bahasa Inggris.

Saat ini, ketika usia mereka sudah 9 tahun dan 7 tahun, kemampuan berbahasa mereka sudah sangat bagus, baik untuk pronunciation, maupun kelancaran ( fluency) serta kekayaan vocabulary. Bukan hanya itu, paling tidak, empat ketrampilan berbahasa ( four language skills) yakni listening, speaking, reading dan writing, akan mudah mereka dapatkan. Anda mau mencoba? Ayo mulai dari sekarang.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun