Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fasilitas Trans Koetaradja Aceh Tidak Ramah untuk Difabel dan Lansia

9 Desember 2017   09:44 Diperbarui: 9 Desember 2017   12:33 2139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Pemerintahan Aceh menerima bantuan 16 bus Trans Koetaradja dari pemerintah pusat yang tiba di Banda Aceh pada 4 April 2016, pemerintah Aceh terus dengan giat berupaya mengoperasikan armada bus tersebut di Kota Banda Aceh, walau untuk selama setahun ini harus menggratiskan ongkos bus-bus tersebut ke seluruh rute yang sudah ditetapkan. Mungkin ini sebagai bentuk sosialisasi dan sekaligus mengajak agar masyarakat mau kembali menggunakan bus-bus umum (public buses) yang disediakan oleh pemerintah. Mungkin dapat pula kita katakana bahwa ini adalah salah satu bentuk pelayanan publik dari pemerintah untuk kepentingan publik yang ingin berpergian di Kota Banda Aceh dan sekitarnya.

Beroperasinya bus-bus Trans Koetaradja ini di Kota Banda Aceh yang sudah menghubungkan rute kota ke kampus Darussalam, dari Kota Banda Aceh ke Bandara Sultan Iskandar Muda tersebut, kini secara berangsur-angsur mulai ramai digunakan. Bagi mahasiswa yang kuliah di dua Universitas, masing-masing di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry Darussalam, Banda Aceh itu kehadiran bus-bus ini pasti sangat menolong mereka, karena tidak harus mengeluarkan biaya transportasi ke kampus, seperti halnya menggunaan kenderaan roda dua dan roda empat, sendiri ke kampus yang mengeluarkan biaya sendiri.

Bukan hanya mahasiswa yang mendapat kenikmatan kehdiran bus-bus ini, melainkan juga masyarakan umum yang ingin keliling Kota Banda Aceh dengan gratis bisa naik bus dan keliling kota. Tidak ubahnya seperti suasana naik tram gratis keliling Kota Melbourne. Masyarakat bisa dengan membawa keluarga naik Trans Koetaradja gratis ini. Selayaknya, kita bersyukur dan mau menggunakan pelayanan bus yang setiap hari bisa digunakan itu, bukan sja selama diberlakukan masa pelayanan gratis, akan tetapi nanti setelah tidak gratis lagi juga selayaknya masih kita gunakan.

Keberadaan armada bus Trans Koetaradja ini, sesunggunghnya sangat penting bagi kita, baik warga Kota Banda Aceh, maupun warga luar kota yang berada di Banda Aceh yang ingin pergi ke satu atau dua tempat tujuan atau destinasinya yang terhubung dengan jalur atau rute Trans Koetaradja ini. Tahun ini, sebagaimana diberitakan oleh Harian Serambi Indonesia edisi Minggu, 26 Mai 2017 bahwa sebanyak 12 bus Trans Koetaradja (Trans-K) ukuran besar mulai Senin (29/5/17) mulai beroperasi di koridor-2 yang menjangkau Pelabuhan Ulee Lheue hingga Blangbintang.

Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, koridor-2 dibagi menjadi dua trayek yaitu trayek 2A dari Blangbintang-Kota Banda Aceh, dan trayek 2B dari Pelabuhan Ulee Lheue-Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perhubungan Aceh, melalui Kepala Seksi Pengawasan Keselamatan dan Bimbingan Sarana (PKBS) Bidang Perhubungan Darat, Nizarli SSit MT, Sabtu (27/5) kepada Serambi mengatakan, pembagian koridor-2 menjadi dua trayek sangat efektif dan efisien untuk memenuhi keperluan warga. Jadi sangat membantu bukan?

Ya, ini jelas sangat membantu, terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki kenderaan pribadi. Selain itu beroperasinya bus-bus Trans Koetaradja, seperti halnya bus TransJakarta di Jakarta, Trans Jogjakarta di Jogja, merupakan bentuk upaya antisipasi terhadap semakin padatnya kenderaan pribadi, baik roda dua maupun roda empat dan selebihnya di jalan raya, telah membuat kemacetan yang sangat berat seperti di Jakarta saat ini.

Keberadaan bus-bus Trans Koetaradja ini pun tidak lepas dari upaya pemerintah, baik pusat dan daerah untuk mengantisipasi melonjakanya jumlah kenderaan di jalan raya, yang akan memacetkan jalan-jalan di kota. Apalagi saat ini, di kala budaya konsumtif telah menggerogoti hidup kita, juga dengan semakin mudahnya cara untuk mendapatkan kenderaan roda dua dan mobil semakin mudah dan bahkan diklaim murah lewat fasilitas kredit mobil, jumlah kenderaan dari semua jenis akan terus meningkat dari tahun ke tahun. 

Apalagi kalau kita membaca bahasa para perusahaan penjual mobil, di surat kabar dengan gambling dalam bahasa marketingnya mengatakan, "Selama bulan November 2017 ini perusahaan mobil Pulan melepaskan 185 mobil". Ini baru dari satu perusahaan mobil, bagaimana dengan perusahaan mobil lainnya? Kalau benar begitu, maka bisa jadi penambahan mobil baru bisa mencapai angka 1000 unit per bulan, belum lagi penjualan mobil du leasing. Jumlah kenderaan di Aceh pun akan kian banyak dengan banyak kemudahan akses kredit mobil dan kendaraan lain yang memberikan sengatan kepada pembeli dengan menyuguhkan uang DP yang rendah.

Kondisi semacam ini akan menyebabkan Aceh diterjang oleh banjir mobil yang akan menyebabkan krisis BBM di mana-mana, serta akan meningkatkan tingkat polusi udara dan polusi suara dan sebagainya. Ini menjadi tantangan berat bagi pemerintah dalam mengatasi berbagai kemungkin yang timbul dari semakin banyaknya orang menggunakan kendaraan pribadi di jalan raya kini dan di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu, Trans Koetaradja memang harus menjadi pilihan atau alternatif untuk mengatasi semrawutnya lalu lintas di Aceh yang kini sudah mulai terasa, karena sudah terlalu banyak kendaraan dengan kesadaran berlalu lintas yang rendah. Oleh sebab itu, sebagai jawabannya pemerintah harus terus memperbanyak armada angkutan massal, seperti bus Trans Koteraradja, dengan mengeluarkan lebih cepat regulasi pembatasan kepemilikan kenderaan. Bila tidak, Aceh akan mengalami hal yang sama seperti di kota-kota besar lain di Indonesia.

Nah, kini apa yang sudah diupayakan oleh pemerintah pusat dan daerah ini, selayaknya semua masyarakat bisa mengurangi penggunakaan kendaraan pribadi di jalan raya, sehingga dengan cara ini, jalan raya di Aceh tidak akan penuh sesak sepert di kota-kota besar lain di Indonesia. Penggunaan kenderaan umum yang bagus seperti Trans Koetaradja ini adalah sebuah cara yang jauh lebih praktis, murah dan berdampak positif terhadap pengurangan tingkat polusi udara dan suara. Sekali lagi, kita layak bersyukur dan bergenbira dengan beroperasinya armada bus Trans Koetaradja yang kini terus bertambah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun