Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Kemampuan Ilmiah Guru

14 November 2017   15:56 Diperbarui: 14 November 2017   18:14 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

Acara pembukaan "Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Bidang Studi  Pendidikan Bahasa Indonesia bagi Guru SMA dan SMK Angkatan II" se Aceh berlangsung tadi  pagi, Selasa 14 November 2017 di hotel SEI yang berlokasi di Kelurahan Mulya Banda Aceh. Kepala Bidang Guru dan Tenaga ependidikan ( GTK ) Dinas Pendidikan Aceh, H.Darmansyah, S.Pd, MM ketika membuka acara tersebut mengatakan bahwa pelatihan Penulisan karya ilmiah PTK mata pelajaran Bahasa Indonesia ini merupakan upaya Dinas Pendidikan Aceh untuk  membantu meningkatkan kapasitas guru di Aceh menulis. 

Pelatihan kali ini dimaksudkan untuk membantu guru-guru agar mampu dan lancar membuat " Penelitian Tindakan Kelas, atau disingkat dengan PTK". Pelatihan ini menjadi sangat bermakna dan penting mengingat sangat banyak guru selama ini yang gagal dalam mengurus kenaikan pangkat, hanya karena kurang mampu membuat PTK dan menulisnya dengan benar, sehingga dalam penilaian, tidak memenuhi syarat. Dampak buruknya, tidak bisa naik pangkat.

Pada Periode 1 Oktober 2015, lanjut H.Darmansyah, bahwa dari 599 guru yang mengusulkan naik pangkat, hanya 58 guru yang bisa lolos dan naik pangkat. Selebihnya terganjal dengan persoalan PTK tersebut. Penyebabnya adalah terkait dengan lemahnya kemampuan guru menyusun PTK tersebut. Oleh sebab itu,  pelatihan yang berlangsung  selama 4 hari ini diharapkan menjadi  kegiatan yang dapat memicu dan memacu guru untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, ketrampilan serta kemauan  dalam menyusun PTK yang akan membantu guru sendiri. 

Walau sebenarnya, urusan naik pangkat itu awalnya memang harus diurus sendiri oleh guru. Namun, mengingat banyak yang gagal dalam proses pengurusan pangkat karena terganjal PTK, maka kegiatan ini dilakukan. Dengan  pelatihan ini, dimana para guru yang mungkin saja sudah pernah mengikuti pelatihan yang sama seperti ini di luar, bisa mensinergikan dengan yang akan dipelajari atau didapatkan dari pelatihan ini. Paling tidak ada upaya untuk menyamakan dan mereview persepsi terhadap  model-model PTK dengan segala format dan model yang sudah pernah dipelajari.

Dalam pelatihan  yang diikuti oleh lebih kurang  120 peserta  yang berasal dari 23 Kabupaten dan kota di Aceh tersebut, para peserta diminta membawa  laptop dan PTK yang sudah pernah ditulis untuk lebih mudah dikoreksi bersama-sama di dalam dan di sela-sela kegiatan pelatihan berlangsung. Bagi yang sudah terbiasa menulis PTK, akan bisa membandingkan apa yang sudah pernah dibuat, sekalian bisa saling berbagi, membantu teman-teman guru yang selama ini bisa saja belum membuatnya. Jadi sekali gus bisa membantu guru yang belum memiliki pengalaman menyusun PTK tersebut. 

Ketika guru atau peserta membawa PTK aka nada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, ada PTK yang mungkin selama ini didapat dengan hanya copy paste punya guru yang lain dan ada pula yang mungkin dibuat sendiri, namun masih belum sempurnah. Pelatihan ini akan menyempurnakan kedua hal tersebut, sehingga benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Apalagi, untuk mempercepat proses dan memperbaiki PTK tersebut, para peserta difasilitasi oleh tiga orang trainer yang sudah sangat berpengalaman di bidang ini, masing-masing Pak Zulkarnaini, Pak Drs. Tamarli M.SE dan Drs. Yusri M.Pd yang ketiganya adalah dosen dari Universitas Abulyatama Aceh dan Dr. Jarjani Usman, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Darussalam, Banda Aceh.

Menyimak apa yang disampaikan oleh Kabid GTK, H. Darmansyah, S.Pd, MM pada acara tersebut, bahwa apa yang melatarbelakangi dilaksanakan pelatihan ini, maka ada banyak kemungkinan yang terjadi dengan guru selama ini. Tak adapat dipungkiri bahwa selama ini, kegiatan-kegiatan penelitian itu sangat jarang dan bisa dikatakan hampir tidak pernah dilakukan guru pada umumnya, kecuali saat belum menjadi guru dan menjadi sarjana. Kalau mau meraih gelar sarjana dibutuhkan penelitian untuk menyusun skripsi, lalu setelah menjadi guru, kegiatan penelitian seakan bukan menjadi kegiatan yang harus dilakukan oleh guru.

dok.pribadi
dok.pribadi
Maka, bisa jadi, pemahaman tentang kata penelitian, seringkali istilah itu, seakan-akan hanya menjadi milik para peneliti yang berada di Universitas-Uiversitas atau lembaga-lembaga penelitian. Sehingga, ketika menyebutkan kata penelitian dan ditambat lagi dengan kata ilmiah, kegiatan ini menjadi momok, yah al yang menakutkan bagi guru dan terksesan sebagai sebuah kegiatan yang begitu berat. 

Padahal, penelitian tindakan kelas itu adalah sebuah kegiatan yang sangat mengasyikan dan mudah. Masalahnya adalah ketika guru harus menuliskan laporan PTK tersebut, sebagai akibat dari tidak biasanya guru menulis, membuat karya tulis, termasuk karya ilmiah selama ini. Bila guru sering menulis, membuat karya ilmiah, maka menyusun PTK dan membuat laporan PTK tersebut bukanlah hantu  atau momok yang membuat kita harus gagal saat memenuhi syarat pembuatan laporan PTK tersebut.

Jadi persoalannya ada pada dua hal, yakni masih rendahnya budaya membaca dan menulis di kalangan kebanyakan guru. Rendahnya kemauan membaca dan menulis yang kita sebut juga sebagai bagian dari budaya literasi tersebut, telah menyulitkan  guru untuk melahirkan karya tulis dalam bentuk apa pun, termasuk menulis laporan " Penelitian Tindakan Kelas ( TPK) tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun