Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Beethoven, Son Goku, dan Natal

25 Desember 2020   06:47 Diperbarui: 28 April 2021   11:23 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presepio koleksi pribadi

Saya tidak pernah serius mendengarkan musik klasik. Namun, itu sebelum datang ke Jepang. Setelah mengembara di sini, saya merasa musik klasik itu enak juga untuk dinikmati. 

Kalau mau bicara jujur, sebenarnya menikmati musik klasik pada awalnya bukan atas kemauan pribadi. Namun karena saya terbiasa mendengar musik klasik di radio, televisi, maupun di tempat keramaian, yang diputar atau dimainkan secara gratis. 

Sehingga lama kelamaan saya agak hafal beberapa lagu gubahan komposer musik klasik ternama. Kadang-kadang saya mendengarkan juga di rumah.

Diantara maestro komposer musik klasik, Anda tentu tahu nama Ludwig van Beethoven kan? 

Tetapi karena pandemi, mungkin banyak orang tidak tahu (atau lupa) bahwa tahun ini adalah perayaan 250 tahun kelahiran Beethoven.

Di Jepang, Desember adalah bulan istimewa bagi pria yang lahir di Bonn, kemudian menetap di Vienna, Austria ini. Karena pada bulan ini, sudah menjadi kebiasaan bagi banyak grup orkestra memainkan komposisi Beethoven dengan judul "Symphony No.9". Orang Jepang bisa menyaksikan acara konser secara live, maupun mendengarkan melalui siaran televisi dan radio.

Saking terkenal dan istimewanya "Symphony No.9", pada saat bencana tsunami melanda Jepang Timur, komposisi ini dimainkan di Tokyo sebagai ungkapan keprihatinan atas korban dan kehilangan yang terjadi. Padahal ketika itu orang tidak boleh menggelar konser musik, karena Jepang sedang berduka. 

Dibalik karya besarnya, anak kedua dari Johann van Beethoven ini ternyata mengalami penderitaan fisik dan mental dalam perjalanan hidupnya. Bahkan dia menjadi tunarungu ketika usianya masih tergolong muda, yaitu 40 tahun.

Saya berpikir, mungkin karena Beethoven membuat komposisi musiknya dengan perjuangan keras melawan pergolakan lahir dan batin, maka pada saat pandemi sekarang ini, hasil karyanya bisa menemani dan membuat saya tetap bersemangat. Musiknya bisa mengusir keresahan dan ketakutan.

Meskipun semangat tetap ada, namun pandemi membuat pandangan saya terhadap segala hal berubah total. 

Segala sesuatu yang saya anggap biasa saja sebelum pandemi, ternyata sekarang merupakan hal luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun