Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Rabu Abu, Pra Paskah, dan Makna Hidup Manusia

26 Februari 2020   21:52 Diperbarui: 18 Februari 2021   07:04 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rabu Abu (sumber:sanpaolo.or.jp)

Percakapan dan tulisan itu tentu ada yang bermanfaat. Namun kita tidak memungkiri bahwa banyak juga percakapan dan tulisan disana menyebabkan orang lain menderita. Entah karena percakapan atau tulisannya asal-asalan, menyudutkan dan tidak objektif, bahkan ketika itu bisa menimbulkan kegaduhan.

Dalam perjalanan hidupnya, manusia butuh makanan (dan minuman) untuk memenuhi kebutuhan jasmani. "Roti" sering digunakan sebagai lambang pemenuhan kebutuhan ini.  

Walaupun "roti" penting untuk kelangsungan hidup, namun manusia hidup bukan semata-mata untuk "roti". Karena jika manusia hidup untuk "roti" saja, maka hati dan pikiran manusia bisa menjadi hampa, dan jiwanya menjadi kering.

Jika jiwa dan pikiran menjadi hampa dan kering, maka ini bisa mengakibatkan hubungan antara manusia menjadi tidak harmonis. Kalau hal ini tidak kita hiraukan, lama-kelamaan bisa menyebabkan penderitaan, bagi orang lain maupun bagi orang itu sendiri.

"Roti" memang penting, namun yang terpenting adalah kita harus ingat bahwa hidup merupakan anugerah dari Tuhan. 

Sehingga kita harus bisa bersyukur dengan cara mengisi hidup dan mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Dengan begitu maka otomatis jiwa dan pikiran kita tidak menjadi kering, dan penderitaan bisa kita kalahkan.

Dalam penderitaannya, manusia sering merengek-rengek untuk mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Bahkan bukan hanya merengek, karena kesombongannya terkadang manusia sering menganggap Tuhan bak "pembantu". MengganggapNya seperti resepsionis di hotel, yang bisa kita telpon dan suruh kapan saja, misalnya untuk mengantarkan makanan ketika kita lapar, atau mengantar handuk dan sabun saat kita mau mandi.

Tentu kita tidak patut berlaku seperti itu. Justru dalam penderitaan, kita harus menerima kenyataan hidup dan kemudian berusaha bagaimana caranya agar kita bisa keluar dari penderitaan itu.

Tuhan menginginkan agar setiap manusia bertahan hidup dan menentukan caranya masing-masing untuk mengatasi penderitaan.

Dalam setiap kenyataan hidup yang seburuk apapun, manusia harus berusaha untuk mengatasinya dengan kepercayaan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan manusia. Dia akan selalu menyertai, dan menguatkan kita atas segala penderitaan yang kita alami dalam mengarungi lautan kehidupan ini.

Kembali ke pertanyaan saya pada awal tulisan. Manusia itu sebenarnya hidup untuk apa sih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun