Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Orkestra Mandolin Mengantar Pengembaraan dari Italia, sampai Film Box Office Dunia

16 Februari 2020   07:00 Diperbarui: 16 Februari 2020   13:56 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Konser di Concert Hall Tokyo Opera CIty (dokumentasi pribadi)

Musik dimulai dengan petikan mandolin bernada rendah dan dimainkan agak senyap. Sehingga membuat saya seperti sedang mengendap-endap ketakutan, karena banyak anggota mafia dari Sicilia berkeliaran dan mengintai dari luar.

Namun kemudian ritme permainan menjadi cepat dan instrumen musik serempak memainkan nada tinggi. Saya jadi seperti ketahuan oleh anggota mafia, sehingga terasa harus berlari cepat karena mereka mengejar.

Ritme lambat dan senyap, kemudian cepat dengan nada tinggi, dimainkan secara berseling dan berulang kali. Kemudian pada coda (bagian akhir), permainan staccato (nada dimainkan terpisah dan pendek) dengan nada berat dan tinggi bak petir di siang bolong membuat jantung saya berdegup lebih cepat dari biasa.

Ah, memang Oana sang konduktor berhasil membuat saya ngos-ngosan dengan lagu pembuka ini. Lumayan lah bisa "olahraga" sambil mendengarkan musik.

Selanjutnya orkestra memainkan lagu "Giardino D'Estate Crepuscolo" karya P.Silvestri. Disini, instrumen dawai mandolin, mandocello, dan mandora dimainkan secara serentak sehingga tercipta harmoni yang apik. Saya bersyukur karena bisa istirahat sejenak, dan menikmati irama indah dari nada-nada yang dihasilkan instrumen. 

Rasanya seperti menikmati bunga yang mekar dengan indah di taman saat musim panas, sambil makan gellato. Hal tersebut bisa menghapus rasa capek dan "keringat" yang keluar saat mendengarkan lagu pertama. 

Memang sih, suasana hangat yang tercipta, sambil sesekali seperti merasakan angin berembus, sangat cocok dengan sub judul lagu dalam bahasa Jepang yang tertulis pada pamflet yaitu "taman musim panas".

Bagian pertama dari konser ditutup dengan lagu karya C.O. Ratta yang berjudul "Epicedio Eroico". Lagu ini berkisah tentang tentara Italia yang gugur pada Perang Dunia kedua di daerah yang bernama Tobruk. Komposisi lagu dan pola permainan musiknya terasa kontras pada bagian awal dan akhir. 

Pada bagian awal, musik dengan irama yang lambat dan suara berat dari instrumen bisa membuat perasaan menjadi sedih. 

Sang pencipta lagu sepertinya ingin berbagi kepada penonton, bahwa tidak ada yang bisa didapat dari peperangan, selain duka dan kesedihan. Namun irama lagu berubah menjadi riang dengan ritme yang cepat pada bagian akhir. 

Saya kira, sang komposer lagu juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada para pahlawan yang telah rela mengorbankan segala-galanya demi negara dalam peperangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun