Orang Jepang gemar untuk mengamati dan meneliti segala sesuatu sampai ke akar-akarnya. Bahkan ada idiom yang berbunyi "sando no meshi yori kenkyuu". Artinya orang Jepang lebih suka meneliti daripada makan pokok sehari tiga kali.
Dengan sifatnya itu, mereka bisa memperbaiki dan menyempurnakan sesuatu yang sudah ada (atau sudah ditemukan oleh bangsa barat). Pembaharuan atau penyempurnaan, dalam bahasa Jepang disebut "kaizen". Sistem pembaharuan yang dilakukan oleh produsen mobil Toyota juga membuat istilah kaizen menjadi mendunia.
Pengalaman di masa kecil, baik melalui membaca maupun menaruh perhatian dan mengembangkan imajinasi pada peristiwa yang diamati, serta semangat pantang menyerah merupakan pendorong dan faktor penentu atas banyaknya jumlah penerima Nobel (terutama bidang iptek) dari Jepang.
Indonesia sebagai negara dengan populasi usia sekolah (usia muda) yang besar dilihat dari sebaran populasi penduduk berbentuk kerucut, tentunya mempunyai peluang untuk bisa menghasilkan penerima hadiah Nobel terutama pada bidang iptek di masa depan.
Hal ini tentu selain tergantung pada kemauan para pendidik dan para pengambil keputusan pada pemerintahan, namun tergantung juga pada kemauan para orangtua dan kita semua sebagai warga negara.
Apakah kita semua mau memberikan ruang, tempat dan sarana bagi generasi penerus kita untuk bisa mengembangkan bakat dan imajinasi positif mereka? Atau kita mau membiarkan bahkan menjerumuskan mereka kepada hal-hal yang tidak perlu (negatif)?
Jawabannya tentu bisa kita tanyakan kepada diri kita masing-masing.
Selamat berakhir pekan.