Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Memimpikan Asian Games Rasa Olimpiade, Mungkinkah?

19 Februari 2018   19:53 Diperbarui: 19 Februari 2018   21:03 2240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini saya tertarik untuk meng-klik link berita di Detik yang isinya mengatakan Sandiaga Uno akan mengadakan kunker ke Tokyo selama 5 hari. Seperti tertulis diberita, Sandiaga berujar, "Minggu depan, juga berdasarkan arahan dari pimpinan akan ke Tokyo untuk melihat persiapan mereka Olimpiade dari segi mereka melakukan libur sekolah dan perubahan jam kerja tersebut dan sistem IT apa mereka yang dipakai untuk memuluskan perhelatan Tokyo 2020 yang bisa kami pakai di (Asian Games) 2018 di Jakarta-Palembang."

Kalau untuk melihat persiapan "dari segi" melakukan libur sekolah dan perubahan jam kerja, apalagi sitem IT nya, menurut saya nggak usah capek2 terbang 6 jam kesini untuk mencari infonya. Cukup suruh bawahan saja googling ke Website Metropolitan Tokyo atau situs berita mainstream disini. Beres urusan.

Omong2 kalau untuk urusan melakukan libur sekolah, itu karena untuk mencegah ganguan transportasi karena prediksi kepadatan orang yang menggunakan fasilitas transportasi umum (bis dan commuter) pada saat pembukaan maupun penutupan olimpiade. Sebagai catatan, kalau tentang kepadatan orang aja sih, nggak usah nunggu ada pertandingan besar seperti olimpiade. Seperti kita tahu---karena sering jadi berita atau bahkan cerita pengalaman orang yang pernah main ke Tokyo---hari biasa saja (yang nggak ada acara berskala internasional) kalau pagi pada jam2 orang pergi ke kantor, dan sore pada saat orang2 pulang dari kantor (rush hour), kereta api pasti "super padat" serasa ikan sarden dikaleng (walaupun nggak bau2 kecut amat sih).

Untuk urusan jam kerja, sebenarnya nggak ada hubungannya dengan Olimpiade. Orang Jepang---seperti kita tahu---amat maniak dalam urusan pekerjaan. Bahkan saking maniaknya, sampai ada istilah "Kaisya Ningen" atau "Shigoto Ningen", yang artinya adalah orang yang menganggap pekerjaan/kantor adalah nomor satu atau terutama (paling penting) dari hal2 lainnya, bahkan termasuk keluarga.

Pemerintah Jepang sebenarnya sudah berusaha untuk lebih "memanusiakan" para pekerja dengan merilis berbagai kebijakan (baik UU dan panduan) agar mereka tidak terlalu maniak bekerja. Misalnya dengan berusaha memperbanyak tanggal merah (hari libur) di kalender dengan menerbitkan UU baru untuk penetapan atau penambahan hari libur. Yang terbaru adalah kebijakan "Premium Friday" yang dirilis Februari tahun lalu, dimana dianjurkan pada pekerja untuk tidak melakukan lembur dan pulang jam 5 sore tiap hari Jum'at diakhir bulan.

Pengalaman pribadi tentang "Premium Friday", tetap saja nggak ada pengaruhnya karena pekerjaan juga nggak otomatis berkurang, alias teuteup aja ada pekerjaan yang harus musti kudu dilakukan, karena kalau nggak siapa lagi yang mau ngerjain ? Kalau kerjaan ditunda, pastinya jadi menumpuk dan bikin susah orang lain. Orang Jepang paling nggak suka bikin susah orang lain (walaupun ada pengecualian pada beberapa gelintir manusianya ...hehehe). Jadi ya sebagian besar pekerja tetap saja bekerja lembur dihari Jumat akhir bulan, walaupun banyak godaan yang bisa menggoyahkan "iman" misalnya ada beberapa restoran yang menyediakan korting harga untuk orang yang datang makan/minum sebelum jam 6 malam di hari Jumat akhir bulan.

Terakhir, untuk komentar Sandiaga melihat "Sistem IT", saya nggak faham (pakai "f" saking nggak pahamnya) maksudnya Sistem IT yang seperti apa yang dimaksud karena cakupannya terlalu luas. Apakah dari segi software (applikasi), atau hardware, atau apanya ? Lagipula saat ini, karena IT juga sangat tergantung dari infrastruktur telekomunikasi, dan adanya konvergensi dari teknologi informasi dan (tele)komunikasi, maka istilah yang sering digunakan bukan lagi IT, melainkan ICT.

Persiapan Olimpiade Tokyo 2020 sudah berlangsung jauh2 hari dan amat lama, dimulai dengan penyusunan berbagai strategi (menyiapkan proposal dll) untuk bisa mencalonkan diri menjadi negara penyelenggara. Namun yang pasti, persiapan riilnya sudah dimulai sejak terpilihnya Tokyo sebagai penyelenggara Olimpiade 2020 pada tanggal 7 September 2013, mengalahkan saingannya yaitu Turki dan Spanyol.

Saya tidak mau berpolemik seperti, kalau saat ini kita belajar persiapan Tokyo untuk Olimpiade, apakah kemudian bisa kita pakai atau paling tidak bisa kita jadikan contoh untuk Asian Games yang hanya tinggal 6 bulan lagi akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang ?. Tapi untuk gambaran, kira2 beginilah hal2 yang dipersiapkan Jepang sebelum acara Tokyo Olimpiade 2020 nanti.

Tokyo 2020

Menurut rilis yang dikeluarkan oleh kantor Perdana Menteri---dimana PM Abe juga otomatis menjadi ketua panitia penyelenggaran Olimpiade---hal pertama yang menjadi perhatian pemerintah adalah mengenai keamanan (darat, laut, udara) selama penyelenggaraan Olimpiade. Kemudian juga antisipasi jika terjadi bencana nanti, misalnya bagaimana jalur dan tempat pengungsian. Karena Olimpiade merupakan tempat berkumpulnya orang2 dari seluruh dunia, antisipasi terhadap berbagai macam penyakit menular juga menjadi agenda persiapan yang utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun