Mohon tunggu...
Sugeng Budirahardjo
Sugeng Budirahardjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - suka nulis dan membaca

saya, suka nulis humor dll

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Serba-serbi Kuliner WJF 2019

20 November 2019   22:00 Diperbarui: 20 November 2019   22:05 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya, melepaskan rindu dendam, hari ini adalah hari pembalasan. Makan jajanan diluar rumah, terbalaskan. Gegara, pembatasan kuota natrium clorida (NaCl), makan tak berselera. Estetika rasa dilidah saya , sangat terganggu. 

Tetapi, setelah habis tandas santap cuanki tanpa mie, dengan 3 buah bakso urat, 3 buah tahu isi, serta 4 buah pangsit basah, melihat penjual kerak telur melayani pembeli, nafsu jajan timbul lagi.

Penjual kerak telur dokpri
Penjual kerak telur dokpri

"Mang, Kerak Telur Satu, bebek ya, Mang !" Saya pesan kerak telur bebek. Beda harga beda pula lezatnya kerak telur bebek dengan telur ayam buras. Kerak telur, bebek tentu ukurannya lebih besar dan tebal, untuk rasa tentu saja lebih "nguenaah" (bhs sunda enak)."Mang" kerak telur dengan terampil mengipas arang di anglo, memberi bumbu, membolak balik "katel", tak pakai lama kerak telur pesananpun jadi. 

Aroma sedap tercium wangi, selagi  panas segera saja disantap, dari gigitan pertama, kedua, ketiga, sensasi bumbu serundeng, telur bebek, dan beras ketannya yang legit, dengan kunyahan tercampur dilidah, gurihnya, wow ! mantap. 

Pengunjung wjf 2019 dokpri
Pengunjung wjf 2019 dokpri
Suasana ramai, pengunjung hilir mudik, baik yang berkunjung ke anjungan maupun hanya sekedar jalan-jalan cuci mata. Mungkin hanya melepas jenuh, butuh hiburan. Hiruk pikuk, teriakan suara, pedagang kecil riuh rendah menjajakan dagangannya. Dampak lain penyelenggaraan hajat besar West Java Festival 2019, memicu pedagang kecil ikut berdagang disekitar lokasi. 

Bersyukurlah, bila kita masih bisa memberi kebahagian kepada orang lain, semoga saja income mereka dalam beberapa hari ini, bertambah dari biasanya.  Setelah membayar 40 ribu untuk cuanki dan kerak telur, saya pun melipir kearah samping kanan gedung sate. 

Pedagang kecil gasibu dokpri
Pedagang kecil gasibu dokpri

Melewati anjungan Kampung Arab, saya tertarik dengan banyaknya kepulan asap, Saya mendekat, terlihat kerumunan orang sedang membakar ikan. Satu ekor ikan yang ditusuk belahan bambu diberi olesan margarine dibakar sampai matang. Pengunjung dapat mengantri dan registrasi di stand KKP, untuk memperoleh satu tusukan ikan dengan gratis. 

Setiap hari KKP Menghabiskan ikan sebanyak 1 ton. Tujuan KKP membuka stand di WJF 2019 sebagai sosialisasi memberantas stunting di Jabar dengan program gerakan gemar makan ikan. 

Pengunjung Gemar makan ikan dokpri
Pengunjung Gemar makan ikan dokpri
Setelah matang, ikan bakar bisa disantap disudut taman dibawah pohon rindang gedung sate. Saya amati banyak juga pengunjung yang membawa keluarganya. Pada anjungan ini banyak dijual produk hasil laut. Bermacam jenis Ikan laut segar dijajakan. Ikan tuna berat lebih 25 kg menjadi maskot di anjungan ini. 

Tuna dokpri
Tuna dokpri

Pedagang dan Pembeli ikan dokpri.
Pedagang dan Pembeli ikan dokpri.

Saya memperhatikan ibu dan anaknya sedang membeli ikan. Emak-emak super, jaman now, dengan gigih bernegosiasi untuk harga, satu kilo udang macan. 

Ibu Tinuk penjual gulai manyung. dokpri
Ibu Tinuk penjual gulai manyung. dokpri

Pada sudut anjungan yang lain, terlihat seorang ibu sedang mencurahkan bumbu, di kuali besar. Ia, mencicip kuah dari kuali. Puas wajahnya, setelah mencoba hasil masakannya. 

Saya menghampiri dan bertanya; "sedang masak apa, bu?" Ini Gulai Kepala ikan manyung. Pucuk dicinta, ulampun tiba. Saya pesan 1 satu porsi gulai manyung, 1 satu porsi nasi putih. " Tunggu 5 menit lagi, ya pak! biar bumbunya meresap dan ikannya tambah enak. 

Gulai Kepala Manyung dokpri
Gulai Kepala Manyung dokpri
Sambil menunggu saya pun pesan lemon teh panas. Ikan manyung, sebenarnya Ikan jambal. Ikan laut ini, beratnya bisa mencapai 25 kg dagingnya tebal. Nilai ekonominya lebih tinggi  bila diolah sebagai ikan asin yang disebut jambal roti. Selain dagingnya dijadikan ikan asin, kepala ikan manyung sedap digulai, dimangut, atau diasap, menu ini menjadi makanan khas pantai utara jawa, Pantura. 

Bu Tinuk, meletakan satu mangkok besar gulai manyung di meja, dengan 1 satu piring nasi putih. Bu Tinuk, meletakan piring kosong, untuk menampung tulang. Perasan potongan jeruk limau menetas di jari tangan. Harum jeruk bersama kepulan asap kuah panas gulai manyung merebak. 

Gulai Kepala Manyung dokpri
Gulai Kepala Manyung dokpri
Perlahan saya srumput kuah gulai manyung, masih ada aroma khas kaldu ikan. Warna kuning, mendominasi kulit kepala manyung. Satu demi satu cubitan daging kepala manyungpun tandas dalam suapan.  Wuiich, maknyus. 

Cabai rawit domba pedas, daun kemangi, menjadi kombinasi rasa. Tak terasa, hampir tersisa colagen, mirip agar-agar dari kulit kepala manyung. Sekarang, pada suapan terakhir, hanya tersisa kerangka kepala.

Alhamdulillah, masih diberi nikmat makan.

anglo = kompor gerabah

katel   = kuali kecil 

Mang  = paman 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun