Mohon tunggu...
Surya Syurgana Akmal
Surya Syurgana Akmal Mohon Tunggu... Insinyur - Menghabiskan sisa usia di ujung selatan Riau

Dari kecil senang pertanian sampai akhirnya kuliah pertanian, kemudian pulang kampung untuk berkebun menyiapkan bekal pulang ke kampung akhirat. Di tengah perjalanan sering tergoda dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang menggelitik rasa ingin tahu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah VCO Bisa Mengobat Covid-19?

19 September 2020   23:59 Diperbarui: 29 Mei 2021   00:37 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan-bulan terakhir ini Dunia disibukkan dengan covid-19, tak terkecuali di Indragiri Hilir sebagai salah satu Kabupaten penghasil kelapa terbesar di Indonesia. Selain pemberitaan update jumlah kasus yang sampai saat ini Inhil telah mencatat akumulasi Pasien Positif Covid-19 lebih dari 100 orang, ada pula pemberitaan terkait obat alternatif untuk pengobatan maupun pencegahan covid-19 ini. Salah satu yang mengemuka adalah VCO (Virgin Coconut Oil). Bahkan Filipina sudah melakukan riset penggunaan VCO untuk pengobatan Covid-19. Apa sebenarnya VCO ini dan apa kegunaan spesifiknya bagi kesehatan manusia.

VCO (Virgin Coconut Oil) adalah Minyak Kelapa Murni (Virgin), dikatakan murni karena diproses diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Karena pemrosesannya yang sederhana ini maka diperkirakan tidak akan banyak kandungan-kandungan zat makanan yang tersisihkan selama pemrosesan. Jadi meskipun sama-sama dihasilkan dari bahan baku kelapa, kandungan yang terdapat pada VCO dan Minyak kelapa akan berbeda. VCO akan lebih bisa mempertahankan komposisi zat gizi yang dibawanya dari Kelapa segar.  Dibanding minyak kelapa biasa, VCO akan menghasilkan minyak dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama. Menurut standar APCC, kadar asam lemak bebas VCO maksimum 0,5%. Hal yang sama juga tercantum dalam Standar Industri Indonesia bahwa kadar asam lemak bebas VCO maksimal adalah 0,5%

Beberapa tahun belakangan sebenarnya popularitas VCO sebagai suplemen makanan agak meningkat karena penggunaannya dalam pola makan ketofastosis yang berprinsip menekan konsumsil gula dan karbohidrat. VCO diklaim lebih mudah memberikan energi dalam waktu cepat untuk mengantisipasi berkurangnya konsumsi karbohidrat yang dilakukan para pelaku pola makan ini.

VCO mengandung banyak jenis asam lemak rantai sedang (MCFA) yang penyerapannya lebih mudah dilakukan di dinding usus. Asam lemak yang terdapat pada VCO antara lain Asam Laurat, asam kaprat, asam myristat, asam oleat, asam kaprilat dan asam palmitat. Berbeda halnya dengan minyak nabati lainnya yang didominasi asam lemak rantai panjang yang memerlukan proses hidrolisis dan enzimatik pada dinding usus.

Salah satu asam lemak yang dominan dalam VCO adalah asam laurat yang mencapai 44-59%. Variasi asam laurat yang dihasilkan ini dikarenakan perbedaan cara pemrosesan. Ada 2 sumber literatur terkait kandungan asam laurat dalam VCO yang bisa kita jadikan pedoman yaitu Buku Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak (Ketaren, 1986) dan Jurnal Diversifikasi Produk Jurnal Olahan Kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO). Asam laurat inilah yang kemudian banyak dihubungkan dengan kemampuan VCO dalam menjaga imunitas tubuh dan kemampuannya mengatasi berbagai bakteri dan virus.

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2013 dalam terbitan Journal of Medicinal Food mengkonfirmasi bahwa monolaurin memiliki kekuatan antibakteri dimana monolaurin dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus pada tikus. Studi lainnya dalam Journal of Dermatology Obat membandingkan monolaurin dengan enam jenis antibiotik umum dalam pengobatan infeksi. Studi ini menemukan efek antibiotik monolaurin lebih signifikan secara statistik tanpa resistensi antibiotik umum seperti penisilin , oksasilin, dan vankomisin. Jauh sebelum itu, minyak kelapa juga sudah digunakan para penderita HIV untuk meningkatkan kesehatan mereka. 

Lalu bagaimana cara kerja monolaurin dalam melemahkan bakteri dan virus. Beberapa jenis virus dan bakteri dibungkus oleh membran lipid yang sangat rentan terhadap cara kerja monolaurin. Coronavirus merupakan salah satu jenis virus RNA dengan selubung lipid bilayer (envelope). Monolaurin akan diserap oleh membran lipid pada virus dan menyebabkan membran lipid pada virus akan rusak. Cara kerjanya kira-kira mirip dengan penggunaan deterjen atau desinfektan pada saat kita mencuci tangan. Hanya saja memang deterjen dan disinfektan tidak bisa digunakan untuk membersihkan Virus yang sudah masuk ke dalam tubuh karena juga bisa membahayakan tubuh manusia. Tidak demikian VCO yang memang bisa dikonsumsi sehari-hari.

Kalau kita telaah, sebenarnya masih ada informasi yang belum didapatkan dari rangkaian teori ini yaitu bagaimana tubuh mengubah asam laurat menjadi monolaurin dan seberapa banyak yang bisa diubah. Untuk bisa dijadikan salah satu terapi medis, tentunya hal ini masih harus diteliti lebih lanjut. Tapi sebagai suplemen kesehatan, VCO bisa dijadikan salah satu alternatif untuk menjaga imunitas tubuh. Bagaimanapun, menu utama untuk menjaga imunitas adalah makanan yang bergizi dan olahraga teratur, adapun suplemen dan vitamin hanya pelengkap saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun