Mohon tunggu...
Surya Syurgana Akmal
Surya Syurgana Akmal Mohon Tunggu... Insinyur - Menghabiskan sisa usia di ujung selatan Riau

Dari kecil senang pertanian sampai akhirnya kuliah pertanian, kemudian pulang kampung untuk berkebun menyiapkan bekal pulang ke kampung akhirat. Di tengah perjalanan sering tergoda dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang menggelitik rasa ingin tahu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompetisi, Menang atau Kalah

28 Juni 2019   22:24 Diperbarui: 28 Juni 2019   23:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil dari sebuah kompetisi selalu mengarah pada menang atau kalah. Bagi pembelajar keduanya sama baiknya. Mereka bisa belajar dari keduanya. Yang sebenarnya kalah adalah mereka yang tak pernah mau belajar dan menyadari kelemahan. Dan ini adalah tipikal buruk yang harus dijauhi. Seseorang, sebanyak apapun kecerdasan yang menempel di kepalanya tetaplah orang yang punya kelemahan dan perlu belajar pada sisi-sisi tertentu dalam hidupnya. 

Mungkin inilah salah satu rahasia, kenapa faktor utama yang menentukan keberhasilan para penuntut ilmu bukanlah kepada siapa atau dimana dia belajar, tetapi lebih kepada sikap dan sifat yang dimilikinya dan bagaimana pola pikirnya terhadap nilai-nilai atau ilmu pengetahuan yang ingin dicapainya. Orang-orang yang telah menutup dirinya dengan sifat-sifat buruk, seperti sombong, ujub, merasa lebih baik, meremehkan orang ; mereka ini akan sulit mendapatkan manfaat dari aktifitas menuntut ilmu.

Menuntut ilmu tak mengenal umur serta predikat seseorang. Dimanapun dia, berapapun banyak hartanya, menuntut ilmu merupakan hal yang niscaya untuk dilakukan. Orang boleh saja merasa ketuaan untuk menikah lagi atau punya anak lagi, tapi tak ada istilah ketuaan untuk mulai belajar, baik belajar hal-hal baru maupun pendalaman atas hal-hal yang telah kita ketahui. 

Bahasan lain mengenai menuntut ilmu atau belajar, adalah bagaimana membagi hasil belajar kita dengan sesama, bisa keluarga, sahabat, tetangga dan komunitas-komunitas lain yang kondusif. Seringkali kita belajar dari satu atau beberapa sumber, lalu kita sudah merasa banyak tahu dan merasa kebenaran seolah hanya dari apa yang kita pelajari. 

Dengan berbagi, secara tak langsung kita sudah menguji akseptibilitas dan kebenaran gagasan kita dengan sesama baik dengan para orang tua maupun para anak muda yang usianya di bawah kita. Dengan begitu, kita juga berusaha menjaga jarak dari virus utama para pembelajar yaitu "virus kesombongan" dan merasa keren sendiri yang bisa mematikan gen pembelajar yang ada dalam tubuh kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun