Mohon tunggu...
Syurawasti Muhiddin
Syurawasti Muhiddin Mohon Tunggu... Dosen - Psikologi

Berminat dalam kepenulisan, traveling, pengabdian masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Psikoterapi Integratif: Berbagai Jalan menuju Integrasi, Berujung pada Satu Tujuan

5 Februari 2021   08:30 Diperbarui: 5 Februari 2021   08:50 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebuah aplikasi dari keilmuan psikologi yang telah memberikan kontribusi dalam mencapai kesejahteraan individu hingga masyarakat adalah intervensi psikologi. Intervensi mengandung makna perlakuan dan rekonstruksi, sehingga ada prosedur sistematis yang diterapkan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Tujuan dari intervensi tersebut seperti mencegah dari kerusakan yang lebih parah, memperbaiki fungsi-fungsi psikologis yang tidak sehat, serta mempertahankan kesejahteraan psikologis. Intervensi tersebut dapat dilakukan pada level individu, kelompok/komunitas, serta organisasi/sistem, dan dapat bersifat primer, sekunder, maupun tarsier. Beberapa bentuk intervensi seperti prevensi, kuratif dan rehabilitasi.

Kegiatan promosi juga dapat dikategorikan sebagai bagian dari intervensi. Beberapa orang memandang bahwa promosi dan prevensi adalah sama. Meskipun demikian, dalam ilmu kesehatan manyarakat, keduanya berbeda. Tindakan preventif didefinisikan sebagai intervensi yang diarahkan untuk mencegah munculnya penyakit tertentu, mengurangi insiden dan prevalensinya dalam populasi. Dalam ilmu epidemiologi, intervensi preventif bertujuan untuk mengendalikan penularan penyakit menular dan mengurangi risiko penyakit degeneratif atau penyakit spesifik lainnya. Sementara itu, promosi, khususnya yang dimaksud adalah promosi kesehatan, didefinisikan lebih luas dari pada intervensi preventif karena upaya ini berkaitan dengan tindakan yang tidak diarahkan pada penyakit atau gangguan tertentu, tetapi berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Strategi promosi menekankan perubahan kondisi kehidupan masyarakat yang dalam hal ini dapat mendasari masalah kesehatan, serta menyerukan pendekatan lintas sektor (Czeresnia, 1999).

Dalam menyusun intervensi, tentunya psikolog maupun sarjana psikologi perlu untuk memperhatikan pendekatan teoritis yang digunakan, terutama apabila ingin melaksanakan psikoterapi. Penekanan setiap pendekatan teori yang mendasari psikoterapi akan berbeda dan dapat mempengaruhi keberhasilannya. Setiap pendekatan ini juga menurunkan berbagai metode-metode intervensi psikologi, khususnya psikoterapi.

Di awal perkembangannya, pendekatan teori yang mendominasi dunia psikologi, termasuk pula aplikasinya adalah teori-teori Barat. Teori ini kebanyakan mengarah pada dualisme, yaitu memisahkan pikiran dan tubuh (fisik), dengan definisi psikologi menekankan pada intervensi terhadap pikiran (mind) yang terpisah dengan tubuh. Seiring dengan perkembangan teknologi, penelitian di bidang neurosains, termasuk neuropsikologi semakin memungkinkan penelitian terkait sistem saraf dan hubungannya dengan perilaku manusia. Hal ini mendukung berkembangnya paradigma yang lebih holistik dalam ilmu dan paraktik profesional psikologi dimana pikiran dan tubuh saling terkait. Pergeseran ini pada akhirnya mendorong pengembangan variasi praktik psikologi seperti berkembangnya terapi mindfulness, spiritualitas, meditasi, dan yoga. Model-model terapi tersebut telah dimasukkan dalam agenda-agenda riset psikologi dan psikoterapi. Prakti-praktik tersebut menggunakan pendekatan psikologi transpersonal, yang berkembang dan menjadi populer belakangan ini, yang mana mensintesiskan  filosofi dan spiritulitas Dunia Timur dengan teori psikologi empiris Dunia Barat.

Bahkan saat ini pun berkembang terapi yang dikenal dengan nama Complementary and Alternative Therapies (CATs), payung istilah yang melingkupi terapi obat-obatan yang dapat dikonsumsi, seperti obat herbal Barat dan pengobatan tradisional Cina (Timur) serta pendekatan terapeutik seperti aromaterapi, akupunktur, naturopati, pijat, dan kinesiologi. Penggunaan CAT untuk menangani masalah psikologis ini dapat dinilai sebagai suatu upaya mewujudkan paradigma holistik tadi (saling keterkaitan antara tubuh dan pikiran). Meskipun demikian, masih ada keraguan terkait praktik ini, namun konsumen yang menggunakan CAT dan bukti-bukti yang berkembang semakin meningkat; menjadi bukti yang mendukung efektivitas dari CAT tersebut.

Pendekatan psikologi transpersonal dianggap sebagai psikologi yang integratif, berkembang sebagian besar dari psikologi humanistik, juga dari perspektif psikodinamik, eksistensial-fenomenologis, serta kognitif dan behaviorisme. Teori psikologi transpersonal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menuju pengembangan suatu praktik psikologi integratif, dimana psikolog mengintegrasikan satu atau lebih CATs dalam praktik psikologi mereka bersama klien individual. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan wawasan yang lebih holistik tentang perilaku manusia dan proses mental. Kassis dan Papps (2020) mengeksplorasi manfaat dan hambatan yang dirasakan untuk mengintegrasikan CAT ke dalam praktik psikologi dengan klien individu. Mereka melakukan wawancara semi-terstruktur kepada enam praktisi yang terlatih dalam praktik psikologi dan CAT. Informan melaporkan manfaat dan hambatan dari praktik terintegrasi tersebut dilihat dari aspek karir dan epistemologinya. Manfaatnya yaitu berkembangnya hubungan terapeutik antara terapis dan klien, adanya pilihan-pilihan spesialisasi dan memberikan waktu untuk berefleksi. Sementara itu hambatannya meliputi stigma dan bias, aturan, serta  dominasi model ilmuwan-praktisi yang kadangkala masih menolak praktik CAT sebagai suatu praktik berbasis ilmiah.

Praktik psikologi integratif memiliki potensi untuk dikembangkan pada abad ke-21 ini dan kedepannya. Praktik ini dapat memungkinkan para profesional dan juga ilmuwan berkolaborasi untuk mendorong upaya memahami kesehatan manusia secara lebih luas, yaitu fisik dan psikologis. Juga memungkinkan keterlibatan aspek sosial dan budaya yang memang akan mempengaruhi kepribadian dan perilaku manusia. Selain itu juga mengintegrasikan aspek spiritualitas yang juga tak kalah pentingnya. Penulis sendiri merefleksikan bahwa ada kecenderungan dunia Barat untuk kembali kepada suatu agama ataupun aspek spiritualitas yang banyak berkembang di kebudayaan Timur. Hal ini adalah upaya untuk mencari jawaban-jawaban dari berbagai persoalan psikososial yang tak pernah usai. Meskipun begitu, di satu sisi, tantangan untuk psikoterapi yang terintegrasi ini adalah batasan kelembagaan ataupun birokrasi. Kita tidak bisa memungkiri bahwa empirisme Barat telah mempengaruhi teori-teori psikologi dalam waktu yang cukup lama, hingga membentuk aturan, kebiasaan, dan norma pada level internasional. Dijadikan acuan bagi lembaga-lembaga psikologi dunia yang memiliki orotitas dalam pengembangan keilmuan dan praktik psikologi, seperti organisasi APA.

Pada abad ke-21 ini juga berkembang suatu bentuk pelayanan psikologis dalam jaringan (online). Perkembangan teknologi digital memungkinkan penggunaan telpon, e-mail, dan pesan singkat sebagai media untuk intervensi psikologis berbasis jaringan. Apalagi di era smartphone seperti saat ini, banyak sekali aplikasi-aplikasi layanan kesehatan mental yang dikembangkan. Ada juga yang mengambangkan aplikasi tidak hanya berbasis smartphone tetapi juga website. Layanan yang paling banyak ditawarkan adalah konseling. Beberapa aplikasi juga menawarkan bentuk intervensi promotif seperti penyediaan informasi yang dapat meningkatkan literasi kesehatan mental. Ada pula yang menawarkan bentuk-bentuk meditasi mindfulness. Bakker dkk (dalam Bakker dan Rickarda, 2018) menyebutkan bahwa aplikasi-aplikasi kesehatan mental yang mengarah pada bentuk intervensi psikologis umumnya berfokus pada salah satu dari tiga jenis aplikasi: fokus pada refleksi, fokus pada pendidikan, dan fokus pada tujuan. MHapps yang berfokus pada refleksi dirancang untuk meningkatkan monitoring diri ataupun kesadaran diri dengan menggunakan fitur tertentu yang dapat dilakukan oleh user secara mandiri. MHapp yang berfokus pada pendidikan dirancang untuk meningkatkan literasi dengan menyediakan informasi kesehatan mental kepada pengguna. Sementara itu, MHapp yang berfokus pada tujuan dirancang untuk meningkatkan efikasi diri dengan merekomendasikan aktivitas dan keterampilan koping aktif.

Banyaknya aplikasi-aplikasi berbasis jaringan untuk intervensi psikologi memunculkan pertanyaan mengenai efektivitasnya. Salah satu penelitian meneliti efektivitas aplikasi self-monitoring berbasis smartphone dengan menguji hubungan antara engagemen atau keterikatan dengan aplikasi dan kondisi kesehatan mental pengguna (Bakker dan Rickarda, 2018).  Dalam sampel komunitas pengguna aplikasi, ditemukan bahwa engagement menggunakan aplikasi dapat memprediksi penurunan depresi dan kecemasan serta meningkatkan kesejahteraan mental. Efek ini dimediasi oleh adanya peningkatan kesadaran diri, tetapi hanya untuk peserta yang secara klinis memiliki depresi dan gangguan kecemasan pada waktu asesmen awal. Penelitian ini dilakukan di Australia, yang merupakan salah satu negara yang dikategorikan maju. Dengan demikian bisa diasumsikan bahwa akses internet dan fasilitas lainnya lebih merata. Lalu, bagaimana di negara-negara berkembang ?

Sebuah review sistematik dilakukan untuk menelaah bukti-bukti yang ada terkait dengan efektivitas intervensi psikologis digital dalam mengurangi masalah kesehatan mental di negara dengan penghasilan menengah ke bawah (Fu, Burger, Arjadi, dan Bockting, 2020). Intervensi psikologis digital, yang banyak diteliti pada individu dengan depresi dan penyalahgunaan zat, memiliki hasil kesehatan mental lebih baik daripada kelompok kontrol, termasuk perawatan pada umumnya (non-digital); serta cukup efektif (moderat) di negara tersebut. Meskipun demikian, adanya heterogenitas yang diamati dalam analisisnya menggarisbawahi perlunya lebih banyak studi yang dilakukan, dengan adanya implementasi standar program intervensi psikologi digital dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensinya. Intervensi psikologis digital perlu dipertimbangan bagi daerah dimana perawatan umum untuk masalah kesehatan mental sedikit atau bahkan tidak ada.

Kondisi pandemi saat ini yang telah terbukti memunculkan masalah-masalah kesehatan mental; membuat diperlukannya lebih banyak layanan-layanan psikologis. Tren menggunakan teknologi digital untuk berkomunikasi pun semakin meningkat karena dibatasinya pertemuan fisik secara langsung dalam rangka menghindari penyebaran virus. Hal ini menjadi peluang bagi berkembangnya layanan kesehatan mental yang berisi intervensi-intervensi psikologis berbasis digital. Pasca pandemi pun, tren ini dapat terus berkembang; menjadi salah satu kajian dalam cyberpsychology maupun psikologi teknologi. Perkembangannya juga mendorong kebutuhan akan adanya kode etik khusus terkait praktik psikologi dalam jaringan. Termasuk penyamaan istilah-istilah yang masih beragam, misalnya e-mental health, tele-konseling, dan sebagainya. Mungkin juga, intervensi psikologis digital ini hanya cocok untuk jenis gangguan tertentu, atau hanya sekedar memberikan konseling mendasar hingga menengah tanpa adanya psikoterapi. Sementara itu, jenis psikoterapi tertentu untuk menangani kasus-kasus tertentu, memang akan efektif apabila terapis dan klien bertemu secara langsung (luring). Dengan demikian, memang ada pemberian terapi psikologis yang sulit diberikan dalam jaringan (online)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun