Mohon tunggu...
Syurawasti Muhiddin
Syurawasti Muhiddin Mohon Tunggu... Dosen - Psikologi

Berminat dalam kepenulisan, traveling, pengabdian masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Digital Well-being, Jalan Mendamaikan Desakan Teknologi Digital dan Kesejahteraan Subjektif

29 Oktober 2020   17:37 Diperbarui: 29 Oktober 2020   17:42 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dimensi Sosial Digital Well-being

Terlepas dari perlunya individu untuk mengembangkan keterampilan digital well-being, penggunaan media digital yang baik bukanlah pertanyaan yang terbatas pada keterampilan individu serta masalah medis atau psikologis, melainkan juga terkait isu sosial. Terdapat tiga pertimbangan perlunya lingkungan sosio-kultural dipertimbangkan dalam mencapai digital well-being.

Pertama, peran profesional digital dalam merancang lingkungan online harus dipertimbangkan, juga tanggung jawab sosial mereka dalam mendorong atau menghambat praktik mencapai well-being (Gui dkk., 2017). 

Tentu saja, dalam industri konten digital, pesan dirancang secara khusus dan ilmiah untuk menarik perhatian pengguna (Tandoc, 2014). Sangat baik bagi para pengguna media online untuk memiliki dan melatih kekuatan kehendaknya, tanggung jawab pribadi, dan kontrol diri, namun perusahaan teknologi besar memiliki ratusan ahli statistik dan ilmuwan komputer cerdas yang dapat memberikan efek psikologis yang berlawanan, yang melemahkan bahkan meruntuhkan tekad tersebut, mengecilkan upaya seseorang untuk mengembangkan keterampilan digital well-being-nya. 

Jadi, seyogyanya para produsen teknologi digital tidak hanya membatasi perhatiannya pada ergonomi atau kepuasan pelanggan, tetapi juga memperhatikan tanggung jawab sosial untuk membangun ruang-ruang digital yang aman bagi individu dengan ataupun tanpa keterampilan kesejahteraan digital yang berkembang dengan baik (Gui dkk., 2017).

Poin kedua adalah mempertimbangkan konflik antara kebutuhan kesejahteraan pribadi dan nilai-nilai sosial lainnya yang terhubung dengan penggunaan media digital. Ketika nilai-nilai instanitas, kinerja dan multi-tugas berlaku dalam kehidupan digital, ketegangan akan muncul antara kebutuhan pemeliharaan diri pribadi dan kebutuhan inklusi sosial. 

Cohen (2008) menyebutkan telah terjadi penurunan prioritas pada nilai privasi dan peningkatan prioritas untuk visibilitas, transparansi dan paparan.  Seorang remaja laki-laki dan perempuan yang berusaha menghindari tekanan untuk selalu online setiap saat dapat menderita sanksi sosio-digital dari teman sebayanya yang menuntutnya untuk selalu online (Mai, Freudenthaler, Schneider & Vorderer, 2015). 

Dari perspektif ini, dapat dipahami bahwa kesejahteraan digital adalah suatu kondisi yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kelompok. Dengan demikian, upaya-upaya untuk meningkatkan digital well-being juga dapat diatur dalam kelompom sosial tertentu. Contoh bentuk kesejahteraan digital kelompok adalah etiket di forum dan obrolan, dan khususnya kontrol informasi spam oleh moderator grup online.

Pertimbangan ketiga adalah berkaitan dengan konotasi dari "well-being" di dalam dan di luar lingkungan digital. Kita harus mempertimbangkan peran budaya kita (seperti tradisi, moral, norma dan nilai-nilai) yang mengorientasikan pola perilaku tertentu (Douglas dalam Gui dkk., 2017). 

Ketika kita mempertimbangkan masalah kesejahteraan digital kita perlu memasukkan kerangka sosial dari orang-orang yang akan ditelaah, pola sosial-kognitif mereka dan letak nilai-nilai kesejahteraan di dalamnya. 

Dengan cara ini, kita dapat mengamati perluasan nilai dan norma kesejahteraan (termasuk pengetahuan ilmiah tentangnya) ke dunia digital dan bagaimana ekstensi ini dapat memberi umpan balik kepada konsepsi general well-being dari manusia. Misalnya, kita memahami  bahwa persepsi tugas tentang pemeliharaan dan perlindungan diri dapat berubah di antara lingkungan budaya yang berbeda (Gui dkk., 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun