Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Real World

29 Februari 2020   15:27 Diperbarui: 29 Februari 2020   15:31 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi www.freepik.com

Kurang dari 10jam lagi genap lima bulan sudah aku menyelami dunia pasca lulus kuliah. Seorang teman berkata dunia kerja merupakan real world. Haha lalu selama ini kita hidup di dunia apa? Teringat satu, dua tahun lalu, masa masa kuliah penuh drama. Tugas kuliah, deadline, begadang, berangkat telat, uang bulanan mepet. Dan dalam sekejap telah berlalu, mataku terbuka dan kini aku berada disini.

Tiga bulan setelah wisuda, menikmati libur sejenak. Dan kembali memutar otak mencari pekerjaan. Ini real world? Susahnya kesana kemari mencari pekerjaan? Banyak faktor mengapa kita pilah pilah soal pekerjaan. Orang bilang ada dua jenis. Gaji banyak menahan tekanan kerja, dan gaji sedikit pekerjaan menyenangkan. Jika disuruh pilih, hati berpihak pada yang kedua. Namun tuntutan kebutuhan harus memihak pilihan pertama. Benarkah?

Namun sayang sungguh sayang, aku belum mendapatkan keduanya, ini real world. Jika diteliti lebih dalam banyak pertimbangan untuk memilih sebuah pekerjaan. Menyesuaikan apa tujuan kita. Disini tujuan utamaku tentu saja pendapatan. Sudah ingin sekali menggantikan jeri payah orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ingin sekali memberi lebih untuk mereka. Sayang sungguh sayang teman bilang real world itu keras. Benar adanya terjadi pada diriku, dua bulan menganggur baru diterima kerja. Heran! Kenapa ekspektasi terlalu tinggi? Membuat kecewanya hati.

Seminggu bekerja ditanya sana sini bagaimana rasanya. Kujawab enak! Yah baru awal kerja. Masuk bulan ke dua sudah mulai kompleks masalah batin. Pekerjaan mana yang tak timbulkan masalah. Gaji berapa?? Aahhh hari ini saja aku sudah ketar ketir bagaimana beli pembalut. Benar benar ngepres, yah ini real world. Aku tak punya banyak bekal untuk hidup di real world, jadi harus terima nasib kerja seadanya. Belum ada tabungan sama sekali, otak kacau karna tinggal di desa, umurku sudah sepatutnya menikah, ini real world. Sebelumnya jika ditanya pasangan, selalu berdalih fokus belajar dulu. Sekarang,, ahhhh namanya juga real world.

Tujuan kerja jadi bertambah, apa? Relasi, yah sebuah relasi pertemanan menuju hal yang lebih serius dalam kehidupan. Gaji ngepres, pekerjaan membosankan, jodoh belum ada, ini real world. Otak tambah kacau, harus keluar mencapai semua tujuan itu atau bertahan sejenak? Jujur belum ada tabungan sama sekali. Jika keluar ahh bagaimana biaya untuk cetak CV dan beli amplop coklat? Jika terus bertahan, kapan tujuan itu tercapai. Dalam pekerjaan ini tak satupun jalan untuk menuju tujuan yang ada. Ini real world, apa aku salah langkah atau langkahku kurang panjang? Ini real world.

Bumi, 29 Februarin2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun