Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mental Kuli

20 Oktober 2017   21:35 Diperbarui: 21 Oktober 2017   01:47 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampu merah tanda berhenti, aku menyebrang saat semua kendaraan mulai berhenti, berjalan ditrotoar menuju ibu-ibu yang membawa seabrek koran, "beli satu bu, berapa?" tanya ku sambil milih-milih koran yang akan kubeli.

"Tiga ribu aja mbak", satu bandel koran ditanganku kumasukkan dalam tas, aku kembali menyebrangi jalan, kembali pulang ke kos dan mulai membuka lembar demi lembar koran yang kubeli tadi.

Tujuan utamaku pada lembar loker, dengan teliti aku membaca satu persatu lowongan pekerjaan yang tercantum aku lingkari yang sekiranya menerima lamaranku, beberapa nomor yang tercantum sudah aku hubungi, karena aku termasuk orang yang malas aku tidak tertarik dengan persyaratan lamaran yang terlalu ribet lagipula jadwal kuliahku masih padat aku hanya mencari pekerjaan paruh waktu yang tidak memerlukan lamaran resmi atau pekerjaan yang mengikat. Satu perusahaan yang merespon ku dengan cepat, sesegera mungkin aku mencari tahu profil tentang perusahaan ini.

"Ahhh...berapa jauh lagi aku harus berjalan", alamat yang berada ditanganku tak kunjung kutemui, kubertanya pada tukang bangunan yang sedang istirahat, dimana letak perusahaan yang kucari, "lurus terus saja mengikuti jalan ini, nanti akan ketemu". 

Baiklah aku terus saja berjalan, akhirnya sampai, papan nama perusahaan terpampang, aku melihat perusahaan yang kutuju lebih tepatnya  seperti kios yang dijadikan seperti kantor, "selamat siang ada yang bisa saya bantu?"tanya seorang bapak yang berpakaian rapi menyambutku, aku duduk dihadapannya seolah sedang wawancara, "nama saya Riri dewisa, status mahasiswa, berniat melamar kerja diperusahaan ini, saya mendapat informasi dari koran, dan langsung menghubungi nomor yang tercantum, lalu saya disuruh datang langsung ke alamat ini", si bapak kemudian menjelaskan profil perusahaannya, dengan sesekali menanyakan pertanyaan padaku.  

Kemudian aku disuruh membayar sepuluh ribu rupiah untuk administrasi, perasaan sudah aneh, si bapak mengarahkanku untuk masuk kedalam ruangan menghadap seseorang, terlihat bapak-bapak berpakaian rapi duduk menantiku, tanpa basa-basi ia menjelaskan sistem kerjanya, aku mendengarkan dengan seksama, sibapak terus saja mengoceh sampai menceritakan kisah karyawan-karyawan yang sudah ikut bergabung dengannya, aku tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala seolah mengerti. 

Di akhir cerita sibapak menawarkanku beberapa pilihan untuk bergabung dengannya dengan sejumlah uang yang harus aku bayarkan, tanpa pikir panjang aku menolak untuk membayar saat itu juga aku beralasan belum pegang uang dan masih pikir-pikir dulu apakah aku yakin akan bergabung atau tidak, dengan senyuman ramah tamah aku permisi dengan sopan, sesampainya diluar aku mengoceh tiada henti, bagaimana bisa ada pekerjaan seperti itu, aku harus membayarkan sejumlah uang untuk bergabung kemudian pekerjaanku hanya mencari orang untuk aku mintai uangnya, dan menyuruhnya mencari orang lagi untuk membayarnya, apapun itu meski orang-orang disana sukses dan berjaya, aku tidak tertarik dengan pekerjaan untung-untungan seperti itu.

Sesampai dikos kurebahkan tubuhku, merenggangkan otot-otot, "oohhh capek sekali" wajahku lesu melihat kakiku lecet akibat sepatu yang aku pakai untuk berjalan jarak jauh. "Aku harus mencari pekerjaan yang pasti-pasti saja, tidak perlu diperusahaan besar atau apalah yang tidak jelas" kata-kata dalam hati membuatku semangat mencari pekerjaan lagi, kakiku sudah kuplester aku sudah sanggup berjalan lagi.

Pekerjaan sekeras apapun akan kuterima asal jelas dan pasti, dari kejauhan sudah terlihat tulisan butuh karyawan, aku melihat dengan seksama, yah sudah jelas itu tempat laundry, kaki ku melangkah mendekati tempat itu, nampak seorang wanita sedang sibuk menjemur beberapa pakaian,"permisi..mau tanya disini sedang membutuhkan karyawan betul?", "oh iya dek, mbak lagi butuh karyawan untuk bantu pekerjaan mbak disini, adek minat?" suaranya ceria menyambutku dengan semangat, "iya mbak kira-kira syaratnya apa ya agar saya bisa kerja disini?".

Tidak perlu syarat yang muluk-muluk, aku sudah diterima bekerja, jadwal kerjaku mulai jam empat sore sampai jam sembilan malam, pekerjaanku menyetrika baju dan merapikannya kedalam plastik. Jangan dibayangkan bagaimana pekerjaan yang kulakukan untuk ukuranku sebagai mahasiswa baru yang kemarin masih si setrikakan seragamnya oleh ibuku, aku tidak terlalu berpengalaman soal menyetrika baju, banyaknya model baju membuatku harus berfikir keras bagaimana menyetrikanya agar menjadi lipatan baju yang rapi, model baju wanita jaman sekarang memang super canggih, panjang yang tidak sama, kain yang susah disetrika, model berumbai-rumbai dan lain sebagainya.

Hari demi hari kulalui di tempat kerja, tenaga ekstra yang harus kusiapkan untuk menghadapi baju-baju itu membuat seluruh badanku penuh keringat, aahh itung-itung mengurangi lemak pikirku, sebelumnya tak pernah terfikir olehku sampai begininya aku mencari uang demi sesuatu, sederhana saja alasan mengapa aku bekerja paruh waktu disela-sela jadwal kuliahku, bukan berarti uang bulananku kurang, tetapi aku butuh uang lebih untuk aku kumpulkan, untuk aku tabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun