Mohon tunggu...
Sylvia Shofa
Sylvia Shofa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kesalahan Sistem pada Debat Kandidat Ketua Umum HIMAESYA UTM

16 Desember 2017   00:36 Diperbarui: 16 Desember 2017   06:08 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

15/12/17 sore ini sekitar pukul 15.00 WIB dijadwalkan adanya debat kandidat calon ketum himaesya di aula RKB C. Namun sampai pada pukul 15.30 aula masih sepi, hanya beberapa orang yang tertarik menyaksikan debat kandidat. Entah karena kurangya sosialisasi atau memang mahasiswa fkis ini males untuk mendengarkan basa-basi dari kedua kandidat. 

Sekitar pukul 16.00 WIB debat kandidat di mulai, kedua kandidat secara bergantian menyampaikan visi & misinya dilanjutkan dengan sesi kedua yakni sesi tanya jawab. Tapi disini saya mulai bertanya-tanya tentang sistem debat yang baik dan benar. Kok langsung memberikan hak bertanya pada audience? Kok ga ada yang berperan sebagai panelis? Padahal saya rasa disitu ada orang-orang yang seharusnya pantas untuk jadi panelis. 

Oh ya, biasanya dalam debat kandidat kan ada batasan waktu untuk kedua kandidat menjawab pertanyaan, kok ini tidak ada ya? Biasanya juga ada sesi dimana kedua kandidat saling lempar pertanyaan, lah kok lagi-lagi di debat kali ini tidak ada? Duh mengadopsi sistem darimana mereka ini? Setau saya sistematika debat audience dan kandidat dalam debat formal tidak boleh menyanggah akan tetapi hanya bisa mengutarakan pernyataan mana yang kurang jelas dari apa yang dipaparkan kandidat. 

Yang lebih memprihatinkan lagi adanya kandidat yang seakan dianaktirikan oleh HMP yang mengusungnya. Dengan leluasanya mereka menyerang kandidat no.2. Awalnya mereka mengajukan pertanyaan pada kandidat no.2 dan setelah menjawab pertanyaan tersebut moderator memberikan kesempatan pada audience untuk menyanggah, ketidaktahuan moderator akan sistem debat yang benar malah membuka kesempatan audience untuk menyerang kandidat no.2. 

kebanyakan dari audience dengan sengaja mencari-cari kesalahan kandidat no.2 sampai-sampai kandidat no.2 mengutarakan hal yang tidak ada relevansinya dengan apa yang dia sampaikan sebelumnya, respon audience malah membuat saya semakin kasihan dengan kandidat no.2 ini, mereka dengan asiknya "ketawa jahat" tanpa peduli bagaimana perasaan ataupun kondisi psikis dari orang yang mereka tertawakan. Apa itu yang mencerminkan anak fakultas keislaman? Setiap harinya bercumbu mesra dengan hadist dan ayat-ayat Al Qur'an tapi hablun minannas-nya masih NOL. 

Konsep kekeluargaan seperti apa yang kalian tanamkan di HIMAESYA ini? Apakah dibenarkan kalau dalam keluarga ini menganaktirikan salah satu pihak? Saya rasa kalian semua ini sudah dewasa dan dapat berpikir secara logis, bukan hanya sekedar bersikap egois. Okelah kalau memang sistem yang kalian gunakan asal-asalan, tapi setidaknya pertanyaan yang kalian lontarkan itu bersifat objektif, bukan subjektif! Bolehlah memposisikan diri sebagai rival, tapi harusnya kalian ini kan sadar kalau dalam HIMAESYA kalian ini "KELUARGA".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun