Mohon tunggu...
Sylmi Adila
Sylmi Adila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Jakarta

Hi! Saya Sylmi Adila, saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta. Saya tertarik dengan berbagai isu, terutama sosial dan psikologis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengaruh IPTEK Terhadap Gangguan Psikologis Megalomania

23 Maret 2023   10:10 Diperbarui: 23 Maret 2023   10:19 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sekarang ini manusia telah memasuki zaman modern di mana kemajuan pesat terjadi dalam ilmu pengetahuan dan juga teknologi, hal ini menyebabkan peradaban manusia mengalami perubahan yang sangat signifikan. Adanya kemajuan IPTEK membawa dampak positif yang bisa kita rasakan, misalnya memudahkan pertukaran informasi dalam segala hal, mempermudah urusan dan pekerjaan manusia, serta kehadiran alat-alat canggih yang sangat berguna bagi masyarakat luas. Alat-alat canggih (radio, laptop, ponsel) yang diperoleh dari perkembangan IPTEK tersebut menghadirkan fitur dan aplikasi yang mampu memudahkan manusia dalam menjalankan kehidupannya, contohnya media sosial.

Media sosial merupakan platform digital yang memfasilitasi penggunanya untuk saling berkomunikasi atau membagikan konten berupa tulisan, foto, video, dan merupakan platform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi setiap penggunanya. Media sosial memberikan penggunanya banyak kemudahan, misalnya   dalam memperoleh informasi terkini, komunikasi jarak jauh dengan orang dari berbagai negara, dan mendapatkan hiburan yang bisa melepaskan penat.

Di samping itu, tidak menutup kemungkinan media sosial membawa efek negatif bagi kehidupan seseorang, salah satunya memicu munculnya Megalomania. Dalam ilmu psikologi, megalomania termasuk salah satu bentuk gangguan kepribadian manusia. Megalomania merupakan manifestasi ekstrem dari sindrom narsisme.

Megalomania berasal dari bahasa Yunani, Megalo, yang artinya sangat besar, hebat, atau berlebih-lebihan. Megalomania dapat diartikan sebagai bentuk obsesi yang berlebihan terhadap diri sendiri. Penderita gangguan ini merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat, paling berkuasa, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Mereka sangat menginginkan rasa hormat dan pujian dari orang lain. Sehingga mereka cenderung meremehkan lingkungan sekitar dan bahkan bisa mem-bully hingga mencelakai orang lain hanya demi mendapatkan pengakuan dan rasa kagum atau hormat.

Dalam hal ini, media sosial dapat menjadi salah satu wadah yang bisa digunakan seseorang untuk unjuk diri. Misalnya ketika seseorang mengumbar kehebatan, pangkat/jabatan, atau kekayaannya ke media sosial dan mendapat pujian dari pengguna lainnya bisa membuat orang tersebut menjadi seorang Megaloaniak (sebutan orang Megalomania). Karena pujian itu dampaknya orang tersebut merasa takkan terkalahkan oleh siapa pun, dan merasa menjadi manusia tunggal yang hebat. Sehingga di kemudian hari orang itu akan melakukan hal yang sama. 

Saat ini di media sosial banyak ditemui orang-orang yang berlomba untuk terlihat hebat dan mapan, yang tentunya bertujuan agar dapat pengakuan dan pujian. Kehebatan dijadikan konten agar banjir pujian, dan tidak sedikit yang ternyata hanya kepalsuan semata, dan bisa juga salah satunya ada yang dilebih-lebihkan demi mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain.

Dari paparan diatas, Megalomania tidak hanya sekadar karena dipuji saja, tetapi karena sang Megalomaniak sudah ditahap ketagihan atau terobsesi untuk dipuji. Di mana ia selalu dianggap orang hebat, orang yang mumpuni dalam satu atau banyak hal, dan menjadi sanjungan. Sehingga jika tidak mendapatkan penilaian sesuai keinginan dan sudah habis akal untuk tampak “bersinar”, orang tersebut bisa mengalami stress atau depresi.

Pada dasarnya megalomania merupakan masalah kejiwaan yang bisa berujung pada depresi bahkan demensia. Risiko Megalomania sejatinya muncul ketika seseorang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi dan keinginan berlebihan untuk menjadi orang yang dominan atau sempurna dibandingkan dengan orang lain.

Megalomania harus segera ditangani dan dihentikan. Dikarenakan kemunculan Megalomania dapat terjadi dari penggunaan media sosial yang berlebihan, maka dari itu cara terbaik untuk menangani permasalahan tersebut adalah dengan mengurangi penggunaan media sosial atau pengguna bisa menghapus dan istirahat dulu dari media sosial. Hal ini dilakukan agar individu dapat belajar menenangkan diri, berhenti iri hati akan kesuksesan orang lain, dan berhenti melibatkan diri pada segala hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Lalu, penderita bisa juga melakukan konsultasi kepada psikiater agar Megalomania tidak berkembang semakin jauh.

Referensi :

ABADI, P. (2015). Transformasi Hewan Karnivora Sebagai Refleksi Megalomania Dalam Seni Gambar. Arty: Jurnal Seni Rupa, 4(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun