Mohon tunggu...
Syivaun Nadhiroh
Syivaun Nadhiroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT sekaligus Mahasiswi Magister Pendidikan Islam UIN MALIKI Malang

Menjadi Manusia yang mengerti akan makna kehidupan dengan Antusias, Semangat, Smart, Kreatif dan Inovatif. Semoga Sukses dan Berkah, amiin... SEMANGAT-SEMANGAT.....

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Disiplin Berawal Dari Diri Sendiri

1 Februari 2016   23:14 Diperbarui: 1 Februari 2016   23:25 2013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Disiplin merupakan salah satu faktor penunjang kesuksesan seseorang, berawal darinya semua menjadi lebih teratur dan tepat sasarannya. Menjadikan diri untuk lebih disiplin itu sangat sulit bagi siapapun yang sudah biasa tidak mendisiplinkan diri. Disiplin diri inipun seringnya orang-orang mengarah kepada waktu. Contohnya molor atau jam karet, yang biasanya mau ada janji, kumpul tepat jam 07.00 WIB, tapi baru datang satu jam kemudian. Hal ini akan menjadikan sangat fatal jika harus terlambat. Seringnya orang yang mau disiplin itu banyak, tapi hanya sedikit orang yang mengatakan, “waktu adalah uang”, “rapi adalah senjata” dan lainnya. Bahkan ada juga yang menganggap waktu itu tidaklah penting, sehingga hidupnya tidak ada pegangan untuk merubah diri menjadi lebih baik.

Disiplin berawal dari diri sendiri, itu sangatlah wajib. Karena segala sesuatunya disiplin itu akan percuma jika tidak diawali dari diri sendiri. Kebanyakan orang-orang pada umumnya hanya mampu mendisiplinkan dirinya sendiri, tapi ada juga yang minoritas mampu mendisiplinkan diri sendiri dan orang lain, dan juga hanya mampu mendisiplinkan orang lain saja. Tiga kategori ini yang akan menjadi pilihan bagi setiap diri dari manusia. Pertama, orang yang mampu mendisiplinkan diri sendiri dan orang lain, biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berpotensi untuk menjadi pemimpin, atau atasan yang mempunyai target dan tujuan yang jelas.

Kedua, hanya mampu mendisiplinkan diri sendiri, untuk yang ini biasanya dimiliki oleh orang-orang yang masih memiliki sikap individualistik, seringnya mereka tidak memperhatikan orang lain, pokoknya hanya dirinya sendiri yang disiplin, itu sudah cukup baginya, sedangkan yang lainnya, “I don’t care”. Ketiga, orang yang bisanya mendisiplinkan orang lain, tapi dirinya sendiri tidak bisa, yang seperti ini ada pada sikap orang-orang atasan yang bersifat otoriter, terserahnya sendiri. Yang lainnya wajib patuh dengan peraturan, tapi dirinya sendiri diberi kebebasan untuk tidak mengikuti aturan.

Sebaiknya melakukan tindakan disiplin itu tidak hanya dirinya sendiri, yang baik itu juga bisa mendisiplinkan orang lain, hanya saja memang harus diawali pada diri sendiri. Jika dalam menjalankan sikap disiplin itu kurang baik, maka harus digunakan keterpaksaan yang akan menjadi terbiasa. Sehingga yang pertama yaitu memaksa dirinya untuk bersikap disiplin begitu juga kepada orang lain, maka akan menghasilkan sebuah keterpaksaan bagi dirinya dan orang lain, dan itu harus terus dipaksa sampai menjadi terbiasa. Jika sikap terbiasa disiplin sudah melekat pada tiap-tiap individu masing-masing, maka akan menghasilkan hasil yang luar biasa dengan mewujudkan tujuan bersama. Bahkan akan menjadi kesenangan tersendiri jika didalam suatu komunitas atau kelompok selalu menghormati kedisiplinan dengan baik dan benar.

 Terkadang ada juga manusia yang memiliki sikap seerti ini, “jangankan mendisiplinkan orang lain, mendisiplinkan diri sendiri saja sudah sulitnya minta ampun,”. Yang demikian ini kurang tepat karena, belum berjuang sudah mundur dengan memberi sugesti yang salah bahwa dia tidak mampu untuk menjadi disiplin atau lebih baik. Padahal sikap disiplin itu hal kecil tapi mampu merubah hal yang besar. Siapapun itu jika mampu membiasakan diri untuk disiplin maka keberhasilan akan tepat ada di depannya, tapi jika sikap disiplin hanya dijadikan slogan-slogan belaka yang tertulis tapi tak berpengaruh, yang ini akan menjadikan manusia lebih condong untuk bermalas-malas dan menjadikan hasil itu lebih penting daripada proses menuju keberhasilan. Akan tetap menjadi bangsa yang terbelakang jika tidak pernah menghargai kedisiplinan, kata sapa.

 

Hargai waktu selagi mampu bernafas...

Allahu A’lam

 

Jombang, 01 Februari 2016

Syuff Ainayya.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun