Mohon tunggu...
Syifa Rina Amalia
Syifa Rina Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Multiliterasi

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menerapkan Pembiasaan Diskusi di Tengah Keluarga

25 Oktober 2021   10:30 Diperbarui: 25 Oktober 2021   10:34 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengkah ancaman virus Covid-19 yang tengah merebak, setiap orang hendaknya berada di rumah masing-masing demi menjaga diri dari tertularnya virus tersebut. Hal ini pasti menimbulkan rasa jenuh bukan? Namun kita dapat melihat sisi positif dari hal tersebut dan dapat dijadikan ajang untuk lebih dekat dengan keluarga.

Menghabiskan waktu dengan keluarga sembari santai sejenak merupakah hal yang dinanti-nanti setiap orang. Mungkin bisa dengan melakukan kegiatan yang mengasyikkan dan menimbulkan gelak tawa di tengah aktivitas tersebut. Namun, bagaimana bila waktu yang dihabiskan bersama keluarga diganti dengan kegiatan diskusi?

Diskusi merupakan salah satu cara dalam meningkatkan intelektual dan kemampuan literasi keluarga. Tidak hanya anak yang dilatih untuk berpikir kritis, orang tua juga akan mendapatkan pandangan atau pemikiran yang berbeda dari pola pikir sikecil dalam memandang suatu permasalahan. Menurut Milan Rianto di dalam bukunya Pendekatan Strategi, dan Metode Pembelajaran, ”Diskusi merupakan cara penyajian materi pelajaran dengan tukar menukar pendapat untuk mencari pemecahan permasalahan tentang suatu topik tertentu. Melalui diskusi peserta didik termotivasi untuk belajar secara aktif dan saling mengembangkan pendapatnya sendiri dalam memecahkan suatu topik permasalahan (Rianto, 2006)

Kesadaran untuk melakukan pembiasaan diskusi di tengah keluarga biasanya di mulai dari orang tua.  Candra, salah satu orang tua yang telah melakukan pembiasaan ini di keluarganya menuturkan bahwa terdapat berbagai manfaat dalam kegiatan ini, salah satunya ialah mengarahkan anak kepada hal-hal yang boleh dan tidak boleh ia lakukan.

“Kita membiasakan anak terbuka di dalam keluarga. Dengan keterbukaan anak disana akan dijadikan sebagai ajang untuk membina anak dan memberi tahu mana si yang seharusnya ia lakukan dan baik untuk dirinya. Karena terkadang anak tidak mengetahui mana yang benar dan yang salah.”

Dengan keterbukaan ini membuat anak merasa nyaman dan aman untuk saling bertukar pikiran dengan orang tua. Di dalamnya terjalin ikatan komunikasi yang dapat mempererat hubungan keluarga. Anak juga tidak perlu bingung untuk mencari teman dalam menyuarakan pemikiran-pemikirannya, karena terdapat orang tua yang menjadi tempat ia menyalurkan pendapatnya.

Sumber: Dok Pribadi Candra
Sumber: Dok Pribadi Candra

Menurut Candra, “Semua anak bisa diajak dewasa, bisa diajak berpikir kritis, dan bisa diajak berpikiran terbuka. Dengan keterbukaan anak orang tua dapat memahami dan memberikan arahan serta solusi mengenai suatu permasalahan. Dengan berdiskusi orang tua akan mencurahkan perhatian kepada anak dan lebih mengenal satu sama lain”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun