Mohon tunggu...
Syifa Maulida Hajiri
Syifa Maulida Hajiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada

Syifa tertarik dengan dunia jurnalistik dan media kreatif, terutama dalam serba-serbi perfilman.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meratapi Borok Seleksi Masuk Perguruan Tinggi

28 Agustus 2022   15:26 Diperbarui: 28 Agustus 2022   15:36 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penangkapan rektor Unila karena dugaan penerimaan suap oleh calon mahasiswa telah menambah daftar panjang masalah sistem seleksi masuk perguruan tinggi di Indonesia. Kasus ini semakin mengotori sistem pendidikan tinggi di Indonesia beriringan dengan permasalahan lain yang belum usai pula, yaitu adanya perjokian. 

Pada tahun 2022 ini, skandal joki ujian SBMPTN ramai menjadi perbincangan warganet di Twitter hingga menimbulkan kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan pada calon mahasiswa yang mengikuti ujian dengan jujur. Masalah perjokian SBMPTN ini bukanlah yang pertama kali terendus ke permukaan, bahkan terus mengakar bertahun-tahun dan dengan mudahnya lolos dari sanksi.

Luapan kekecewaan calon mahasiswa tampak pada tulisan-tulisan mereka di media sosial. Tuntutan untuk mengatasi berbagai problem dalam sistem seleksi masuk perguruan tinggi disuarakan, semua semata-mata demi mewujudkan sistem yang bersih bebas korup. 

Perjuangan calon mahasiswa jujur yang tidak kenal letih berusaha untuk masuk ke perguruan tinggi dambaannya seakan sia-sia dengan adanya kasus suap dan kecurangan dalam ujian. Mereka yang belajar siang malam mati-matian pantas untuk marah dan kecewa atas kasus yang menimpa dunia pendidikan Indonesia ini.

Kecurangan dalam bentuk apapun dalam lingkup pendidikan menodai ajaran budi pekerti yang esensinya terkandung dalam pendidikan itu sendiri. Semakin miris dan memalukannya lagi, kecurangan itu justru difasilitasi oleh pejabat dalam institusi pendidikan, seolah-olah ia ikut membantu lahirnya bibit-bibit orang korup di Indonesia. 

Sama saja, orang jujur telah kalah dari pembohong yang berduit. Kebaikan kalah dari kejahatan, mirisnya dalam dunia pendidikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun