Mohon tunggu...
Syifa Amalia
Syifa Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Pencerita

Kadang nulis, kadang nonton film || Find me on Instagram @syifaamaliac.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "Tick, Tick... Boom!", Dilema Batas Awal dan Akhir

21 November 2021   12:44 Diperbarui: 29 Maret 2022   12:55 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Narasi tentang bagaimana tempat kita tumbuh seolah mendikte di mana usia menjadi tolak ukur yang mutlak untuk mendefinisikan pencapaian seseorang. 

Ada batas yang samar-samar untuk menilai kehidupan seseorang hanya dengan angka dan dengan ujaran 'seharusnya begini bukan begitu'. 

Adakalanya, kita merasa sangat percaya diri terhadap sesuatu, lalu akan ada saat di mana kita mempertanyakan kembali, "apakah sebenarnya apa yang kita lakukan sudah cukup atau hanya membuang waktu percuma." 

Film Tick, Tick... Boom! adalah serangkaian kisah yang demikian terasa dekat dengan semua orang dengan balutan drama musikal oleh lagu-lagu nostalgia Jonathan Larson.

Jonathan Larson yang diperankan Andrew Garfield bukan seorang komposer yang sedang naik daun melainkan seorang putus asa yang sedang dalam perjalanan menuju pelupaan.

Larson sedang diliputi ketakutan akan usianya yang sebentar lagi menginjak tiga puluh tahun. 

Baginya angka itu serupa sebuah tekanan yang berarti ia akan kehilangan masa mudanya dan janji kepada dirinya sendiri karena telah kehabisan waktu.

Membuat karya seni baginya adalah salah satu pekerjaan yang akan ia lakukan sepanjang hidupnya. 

Lagu-lagu itu, ia tulis di bawah kamar di suatu apartemen di suatu tempat di tepi Soho yang hampir roboh dan listrik yang hampir mati karena ia tidak mampu membayar tagihan. 

Untuk membuatnya tetap menghasilkan uang, ia bekerja sebagai pelayan di Moondance Diner meskipun dia hampir bangkrut dan uang yang ia hasilkan tidak pernah cukup untuk membuat pertunjukanya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun