Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya, Literasi "Chicken Soup" Afi, dan Sebuah Klarifikasi

11 Juni 2017   03:45 Diperbarui: 19 Juli 2017   10:53 3143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat 10 Juni yang lalu, saya menulis artikel berjudul Afi Sayang Kenapa Bongkar Pasang Puisi Orang? Artikel itu dilandasi atas temuan saya tentang Afi yang melakukan bongkar-pasang terhadap sebuah puisi berjudul "Pernahkah Kau" yang puisi aslinya ditulis oleh Tifanny Blenvis Seorang penulis asal Virginia Amerika Serikat. Puisi aslinya bisa dilihat pada foto dibawah ini.

Pernahkah Kau Puisi ini milik Tiffany Dimuat di Chicken Soup
Pernahkah Kau Puisi ini milik Tiffany Dimuat di Chicken Soup
Lanjutannya Dok Syifa
Lanjutannya Dok Syifa
Puisi itu dipenggal-penggal sebagian baitnya dalam sebuah status facebook milik Afi Nihaya Faradisa yang dia unggah ke facebooknya pada tanggal 7 Maret 2017, dalam status itu, Afi mengakui bahwa bait-bait yang ia penggal dari puisi Tiffanny adalah miliknya sendiri dengan menuliskan kata "Dari Afi" pada akhir postingan tersebut.

Puisi Tiffany yang dakui Afi dok syifa scan buku Chicken Soup
Puisi Tiffany yang dakui Afi dok syifa scan buku Chicken Soup
Terdorong oleh keprihatinan terhadap budaya plagiasi dan karena Afi sudah setidaknya sekali melakukan pengutipan tanpa sumber yang diungkapkan oleh kompasianer Pringadi Surya dan terbukti diamini warganet Mita Handayani,

Maka pagi itu secara kebetulan bola ada pada saya.

Saya membaca status facebook Afi dari link yang dibagikan seorang teman facebook lewat di timeline beranda saya, di situ ada status Afi yang berjudul dicurhati orang, isinya dari awal sampai akhir menurut saya amat bagus, mengajak orang peduli terhadap masalah dan curhatan orang lain. Tapi sayang, postingan itu ditutup dengan puisi yang bukan milik Afi, tapi diakui sebagai karya Afi dengan mencantumkan @afinihayafaradisa seperti dalam capture ini. Padahal itu bukan milik Afi, tapi milik Tifanny dalam buku Chicken Soup For Teenage Soul on Tough Stuff. Bait terakhir puisi Tiffany dikutip oleh Afi dengan mengubah beberapa kata dan ini tidak baik.

Bongkar pasang tulisan orang lalu diakui sebagai karya sendiri jelas tidak baik. Dan itulah awalnya saya tertarik mencari kata satu menit dalam posisiku di kolom pencarian Facebook.

Dan saya menemukan postingan Afi berjudul "Pernahkah kau" terposting di tanggal 7 Maret 2017, bisa dibilang, Afi melakukan bongkar-pasang terhadap puisi pernahkah kau yang dia posting di facebooknya.

Afi mengutip beberapa bait milik Tifanny, mengganti penempatan liriknya, membuang bagian yang tidak cocok dengan budaya kita di Indonesiq dan mengakui itu adalah karyanya. Sementara puisi asli milik Tiffany termuat dalam buku Chicken Soup dengan bait-bait yang lebih kompleks. Ini adalah capture kutipan Afi

Afi mengutip Capture Dok Syifa
Afi mengutip Capture Dok Syifa
Mengutip tanpa sumber itu tidak baik dan lebih bajaya lagi kalau kutipan itu diakui sebagai karya sendiri. Makanya, saya meng-capture "ulah" Afi itu dan setelah menimbang beberapa saat saya memutuskan untuk menulisnya di Kompasiana, tiada niat lain selain untuk mengingatkan Afi kalau yang dia lakukan itu bisa menuai masalah untuk dirinya dikemudian hari jika Afi terus-terusan mengutip sesuatu tanpa mencantumkan sumbernya.

Saya putuskan menulis artikel Afi Sayang, saya gunakan bahasa yang lembut mengingat usia Afi yang masih muda, juga mengingat saya punya adik perempuan berusia 14 tahun.

Saya tahu membahas kekhilafan seseorang yang sedang tenar tidaklah mudah, saya jalan dengan bukti yang saya pegang, ketika saya menulis itu, saya tahu tulisan saya akan menuai pro-kontra dan memang demikian hingga kini, tulisan itu menuai beragam reaksi dan saya terima semuanya, apapun itu. Memaki atau mendukung, itulah dunia maya.

Termasuk malam tadi, saya membaca sebuah artikel dari Kompasianer Cecep Gues yang menuduh saya melakukan kebohongan, lebih lengkapnya silahkan baca di sini. Sebelumnya, saya hargai tulisan tersebut, itulah budaya literasi. Ketika tulisan di balas dengan tulisan. Tapi menanggapi tulisan tersebut, inilah poin-poin klarifikasi saya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun