Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Paradoks Liputan Program 360 Metro TV

13 Februari 2014   23:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sumber gambar: http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR7xcL61wk8BVDC3Gi6KlCOQVDCM8Hm8Q0QAPhOnz4QZxwmYwcLItPvSrE Program 360 yang tayang di Metro TV setiap kamis malam merupakan program liputan dokumenter yang mengangkat 3 isu menarik setiap minggunya. Setelah setahun penayangan, menurut hemat penulis, program ini banyak menyajikan liputan-liputan yang edukatif dan inspiratif. Tetapi pada Kamis 13 Febuari 2014 minggu ini, program 360 menyajikan sebuah liputan yang menurut penulis cukup menggelitik. Liputan tersebut adalah sebuah topik tentang perumahan rakyat, tim 360 memberinya judul. Hunian Untuk Rakyat. Pada liputan tersebut tim 360 mengawalinya dengan narasi yang cukup menggelitik mengenai banyaknya warga khususnya di Jabodetabek yang belum dapat memiliki rumah karena harga rumah yang nyaris tak terjangkau dizaman sekarang ini. Dalam narasi tersebut, tim 360 menyertakan sebuah pertanyaan yang menggelitik yaitu: "Benarkah Ibukota hanya untuk kaum berpunya?" Dalam liputan #HunianUntukRakyat tim 360 memberi gambaran dengan mewawancarai seorang narasumber, seorang pengontrak rumah kecil diwilayah Depok untuk menggambarkan sulitnya warga Jabodetabek memiliki rumah sendiri. Tetapi yang menggelitik dari liputan tersebut adalah, kontradiksi liputan tersebut dengan beberapa iklan apartemen mewah dan perumahan real estate milik pengembang terkemuka yang berharga miliyaran rupiah, masih melenggang ria di TV biru berita itu. Jika disatu sisi program 360- MetroTV menyajikan liputan #HunianUntukRakyat tapi disisi lain, pihak Metro TV masih saja menerima dan menayangkan iklan-iklan apartemen dan perumahan mewah itu, bahkan terkadang sampai memotong durasi berita misalnya pada saat Metro TV menayangkan Breaking News tentang terbakarnya LP Tanjung Gusta- Medan, dimana ditengah-tengah, Breaking News tersebut harus dijeda dengan iklan apartemen. Cuap-Cuap yang tidak terlalu penting dibanding berita terbakarnya LP Gusta. Lagipula ada kata BREAKING dalam berita tersebut yang dapat dimaknai penting kan? Kalau tidak penting, tidak akan dibuat Breaking News. Saat itu dalam hati penulis mempertanyakan komitmen Metro TV sebagai TV berita. Sejalan waktu, (Mungkin juga permintaan),iklan apartemen tersebut dibuat seperti mini program yang mengisi slot tersendiri di pagi akhir pekan, setidaknya setengah jam program cuap- cuap Venny Rose bersama seorang ibu-ibu sosialita mempromokan properti tersebut ditayangkan di Metro TV. Segala kelebihan dari produk hunian ditonjolkan, tentu saja dibarengi harga yang miliyaran. Hampir dapat dipastikan rakyat menengah bawah jarang yang mampu membeli hunian seperti itu dan jelas iklan-iklan tersebut tidak menonjolkan sisi #HunianUntukRakyat. Nah dengan adanya liputan dari program 360 yang membahas tentang hunian murah dan layak huni bagi rakyat kecil, namun disisi lain pihak Metro TV masih saja menayangkan iklan hunian mewah yang harganya sulit dijangkau oleh rakyat kecil, bukankah sama saja bahwa Metro TV dalam nyatanya belum mendukung program #HunianUntukRakyat? :D lucu. Tetapi memang selama ini hidup-mati sebuah media sedikit-banyak bergantung pada iklan. Pendapatan dan laba sebuah media bergantung pada berapa banyaknya iklan yang masuk. Mungkin itu juga salah satu alasan TV masih mau menerima dan menayangkan iklan hunian mewah tersebut untuk membiayai program-program lainnya supaya tetap jalan. Hemm... Tapi hendaknya dalam hal ini Metro TV perlu sedikit lebih berimbang lagi dalam menayangkan iklan. Sudah tahu masih banyak warga yang kesulitan beli rumah, tentu mimpi untuk memiliki rumah akan makin sulit dalam pikiran warga menengah bawah jika iklan yang ditampilkan di TV hanya iklan hunian yang berharga miliyaran. Jadi ada baiknya jika pihak Metro TV mau menayangkan iklan-iklan hunian mewah secara jor-joran, hendaknya Metro juga harus menayangkan iklan hunian murah untuk rakyat kecil. Meskipun biaya yang dibayarkan oleh depelover gurem berbeda jauh dengan yang disetor oleh pengembang kelas kakap. Supaya terlihat imbang, disisi lain agar pertanyaan yang dikemukakan dalam program 360 tadi bisa terjawab: bahwa Ibukota BUKAN hanya untuk kaum berpunya. Sebaiknya pertanyaan tersebut tidak hanya diajukan Metro TV kepada pemerintah, tetapi juga kepada pengelola media mereka, serta kepada para pengembang kelas kakap tersebut. Sesuai dengan slogan program 360: "Fakta Membuka Mata", hendaknya Metro TV juga tidak menutup mata terhadap paradoxs di media mereka. Salam Konsisten!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun