Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Mencerita Kamu Pada Suatu Hujan yang Kelewatan

2 Januari 2017   08:54 Diperbarui: 3 Januari 2017   03:25 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi By @Shequates

Manis,

Suara serak basah Mariah Carey lembut menembangkan Through The Rain di radio, sayup-sayup merambati telinga lewat earphone kecil yang saya sambungkan ke ponsel. Ah di luar hujan turun, hujan pertama Januari yang selalu sama mengingatkan tentangmu.

Manis,

Melewati butiran hujan, kamu sudah sering kan? Pakai payung tentunya, tapi pernahkah kamu berfikir menerobos hujan tanpa payung pengaman itu? menerjangnyanya langsung dengan kaki, tangan dan tubuhmu, untuk sekejap memberikan keseluruhan dirimu beserta hiasannya pada air. Sebentar saja, tak perlu lama-lama, nanti kamu kedinginan.

Manis,

Sebenarnya kamu tak perlu takut dingin, apa pasal, terkadang dunia memang begitu, tak selalu menyediakan sup hangat di meja makan, tapi kalau kamu mau belajar caranya mengakrabi api, kelak kamu akan terbiasa menggunakan api sebagai penghangat.

Manis,

Menjadi terluka memang bukan pilihan kita, kadang luka datang tiba-tiba, lihat anak kecil yang sedang belajar naik sepeda, mereka tak pernah pikir jatuh dan luka yang ada, jika sudah bisa nanti, ia bebas main ke mana-mana, tapi jika anak itu jatuh, apa dia yang menyegaja jatuh? tentu tidak.

Manis,

Seperti hujan yang jatuh yang diatur Tuhan menyetubuhi bumi dan rahim pohon, kau air salju. Sisa Desember di tepian Januari yang masih dini. Masih terlalu pagi sebelum akar mati menampi banjir akibat tak bisa membendungmu pergi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun