Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencerita Sekilas Gaza dalam Catatan Kanal Fiksiana

30 Agustus 2016   07:48 Diperbarui: 30 Agustus 2016   08:05 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi By @Farah_Gazan

Lewat puisinya, Anugrah Os membuka mata pembaca bahwa sesungguhnya kita beruntung tinggal di Indonesia: sebuah negara yang sekarang jauh dari perang, dalam puisi ini, penulisnya membuat bait-bait analogi, antara lain seperti:

Kita mencium harum bunga dan semerbak tanah basah
Mencium wangi masakan dan segarnya aneka buah
Mencium bau kesturi di masjid dan surau tempat ibadah

Mereka tetap berpuasa tetapi tak ada lagi aroma sedap masakan
Di bumi Gaza mereka hanya hanya mencium bau busuk kebencian

Puisi yang menyentuh, benar adanya bahwa perang tak menyisakan apa-apa selain derita. Untuk bait-bait selanjutnya silahkan meluncur ke artikel tersebut.

3. Wanita Palestina

Duka dan tangisan kaum wanita Gaza dan Palestina sangat kentara dilukiskan oleh Beni Guntarnan dalam bait-bait puisinya:

Berpakaian serba hitam, sedih melaut di hatinya, tak terlukiskan
Terdengar lagi sederetan ledakan mortir diselingi serangan roket
Mereka tak bergeming, keberanian mengalahkan rasa takut di hati.

Puisi yang menyentuh, untuk bait-bait selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.

4. Langit Gulita Gaza

Dibalik runtuhan terkapar batu batu
Nafas manusia berhembus dalam lidah kelu
Menyelip diantara desing rudal roket peluru
Genggam erat nyawa di ujung tanduk setiap waktu

Bergelora hitam hati mati
Berkuasa mengangkang arogan kaki
Tembakkan mesiu beraroma benci bertubi-tubi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun