Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengintip Ritual Pernikahan di Berbagai Negara dari Mata Kompasianer

27 Mei 2016   14:25 Diperbarui: 28 Mei 2016   02:04 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan: kfk.kompas.com

Kebanyakan mereka membawa rangkaian bunga yang cantik lengkap dengan kartu ucapan yang biasanya juga telah diisi oleh beberapa lembar euro atau gutschein (voucher belanja atau perjalanan). Selain itu beberapa tamu yang sadar tradisi juga biasanya membawa beberapa buah piring atau peralatan dapur lain yang terbuat dari porcelain, dimana barang-barang tersebut merupakan barang bekas yang tidak lagi digunakan dirumah mereka.

Dalam satu kesempatan sepasang pengantin tersebut wajib memecahkan semua barang dari porcelain yang telah dibawa oleh para tamunya. Tradisi unik tersebut dilakukan dalam rangka "memecahkan" masa lalu kedua mempelai yang mungkin terdiri dari hal-hal buruk atau kelam.

Barang porselen pecah belah dalam tradisi penikahan di Jerman (Foto, Dewi PS)
Barang porselen pecah belah dalam tradisi penikahan di Jerman (Foto, Dewi PS)
Tradisi tersebut biasa dikenal dengan istilah der Polterabend dimana pada Negara tertentu seperti di Swiss, Austria dan Denmark tradisi ini dilakukan pada acara Junggesellenabschied yaitu kegiatan berupa pesta penutup masa lajang.

Tradisi yang unik dan menarik.

4. Pernikahan di Negri Padang Pasir

Melalui tulisannya, Djiwenk mata Kompasiana di Bahrain menuturkan, di Bahrain ada dua hal yang biasanya mengapa rumah-rumah orang arab itu dihiasi dengan lampu-lampu ketika malam hari. Pertama adalah ketika perayaan national day dan yang kedua adalah ketika ada pernikahan. Jadi kalau tidak ada perayaan national day biasanya rumah-rumah orang arab itu kalau yang terang benderang dengan hiasan-hiasan lampu dimana-mana kemungkinan besar telah terjadi pernikahan.

Dalam budaya Arab menikah haruslah mengeluarkan uang yang sangat banyak, sedangkan bagi pria Arab yang belum siap dari segi finansial  kadang terpaksa harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya menerima pinangan lelaki lain yang siap menikahinya dan memberikannya mahar yang besar.

Selain mahar yang harus di keluarkan biasanya mempelai pria harus menyediakan tempat tinggal dan isinya, pesta pernikahan yang berbiaya besar dan bisa jadi bulan madunya juga. Bahkan sang mempelai pria ini ada yang sampai meminjam-minjam uang untuk pernikahannya itu.

Di Bahrain pernikahan orang Arab ini masihlah tergolong murah kalau di bandingkan dengan negara-neagara arab lainnya. Untuk sebuah pernikahan yang paling murah atau bisa dibilang tidak di 'apa-apain', biayanya berkisar antara BD 3000- BD 5000 kurang lebih 75-125 juta rupiah sedangkan untuk yang mahal bisa jadi sampai diatas BD 20.000.

Beberapa kali ada pernikahan masal di Bahrain karena mahalnya biaya ini, biasanya mereka-mereka itu dibantu oleh sheik-sheik untuk membiayai pernikahanya itu. Anehnya adalah dalam undangan pernikahan masal itu cuma photo mempelai pria saja yang di pasang. Cerita yang menarik.

**
Apapun tradisi yang dipilih untuk melakukan pernikahan, semua yang dijalani pastilah bermuara pada satu harapan: kebahagiaan demi cita-cita setiap pasangan untuk menjadi jodoh sehidup sesurga. Setiap negara mempunyai tradisi pernikahan berbeda-beda yang selalu menarik untuk disimak. Itulah sekilas potret kemeriahan pernikahan di berbagai negara yang tertuang dalam catatan warga biasa di Kompasiana. Yang tak kalah penting untuk dimaknai, dibalik semua ragam pesta, tradisi dan kemegahan yang dihadirkan, pernikahan adalah jalan panjang dua insan dalam ibadah untuk saling mendewasakan.

Salam Kompaaiana!

*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun